Masyarakat Indonesia sempat dibuat prihatin dengan
tindakan sekelompok warga di Semarang yang menolak jenazah Nuria Kurniasih,
perawat RSUP dr Kariadi Semarang yang meninggal akibat Covid-19.
Sumber: unimus.ac.id |
Perempuan berusia 38 tahun tersebut meninggal saat
menjalankan tugas kemanusiaan merawat para pasien Virus Corona di Semarang.
Nuria wafat pada Kamis, 9 April 2020 lalu. Akhir perjuangan pahlawan kemanusiaan
itu sempat viral karena warga menolak jenazahnya dimakamkan di kampungnya.
Sejumlah pihak merasa prihatin dengan kejadian tersebut,
bahkan sebagian menyampaikan rasa simpati. Di antaranya adalah Unimus
Semarang yang langsung mengirimkan utusan untuk menyampaikan belasungkawa ke
rumah duka.
Baca Juga : Wisuda Tanpa Toga, Gara-gara Corona
Ketua Program Studi S1 Keperawatan Unimus, Dr. Ns. M.
Fatkhul Mubin, Sp. datang langsung ke rumah duka sekaligus menyampaikan dukungan
kepada pihak keluarga. Di antaranya dengan melakukan pendampingan untuk
memulihkan kondisi psikologis keluarga.
Selain itu pihak Unimus melalui keputusan yang tertuang
dalam Surat Resmi Unimus Nomor 1412/UNIMUS/HM2020 tertanggal 13 April 2020
memberikan beasiswa secara penuh kepada putri almarhumah, Diandra Kariena Wibowo
yang saat ini masih berusia 16 tahun dan sedang menempuh pendidikan di sebuah
SMA Negeri di Ungaran.
Baca Juga : Aksi Kejahatan Meningkat di Masa Wabah Corona
Dalam surat yang ditandatangani Rektor Unimus, Prof. Dr,
Masruhki, M.Pd. tersebut menyatakan beasiswa bisa digunakan untuk kuliah
jenjang S1 semua jurusan kecuali kedokteran dan kedokteran gigi.
Pihak Unimus juga terus menunjukkan kepeduliannya kepada
para tenaga medis dan tenaga kesehatan yang berjuang di garis depan mengatasi
Virus Corona. Unimus menggalang dana untuk membeli alat pelindung diri (APD)
untuk disumbangkan ke beberapa rumah sakit. Karena tenaga medis dan tenaga
kesehatan merupakan kelompok yang sangat rentan tertular Virus Corona.
Kegigihan Perawat Nuria Kurniasih
Sementara itu kepada keluarga Nuria Kurniasih, pihak
Unimus akan melakukan pendampingan dan penguatan psikologis. Pendampingan
dilakukan guna memberikan dukungan mental dan akan dilakukan secara
berkesinambungan oleh Unimus.
Menurut penuturan suaminya, Joko Wibowo, Nuria mulai
bekerja sejak 2005 lalu. Ia merupakan sosok yang gigih dalam bekerja. Sempat
dirawat di RS dr. Kariadi, nyawanya tak bisa diselamatkan.
Proses pemakamannya terkendala karena sebagian warga
menolak jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Siwarak, Sewakul,
Bandarjo, Ungaran Barat.
Sehingga akhirnya dimakamkan di tempat pemakaman keluarga
RS dr. Kariadi tak jauh dari komplek rumah sakit. [KM/03]