Rerasan –
Benarkah Selokan Mataram dibangun oleh Belanda? Sebagian kabar yang beredar di
masyarakat memang demikian. Melihat kekokohan dan keawetan konstruksi selokan
seringkali orang awam karena semua itu dibangun Belanda. Lalu benarkah
demikian?
Hulu Selokan Mataram (Sumber : paketwisatajogja75.com) |
Lama Wikipedia Indonesia
merinci, Saluran Mataram atau kita sering menyebutnya sebagai selokan Mataram
mempunyai panjang 31,2 km. Dibangun pada masa penjajahan Jepang di Indonesia. Saluran
yang menghubungkan Sungai Progo di bagian barat dengan Sungai Opak di bagian
timur ini dibangun pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Baca juga : Tansah Rerentengan Seperti Buk Renteng
Saat itu Jepang menerapkan
kebijakan kerja paksa atau Romusha dengan mengambil tenaga kerja pribumi untuk
dipaksa bekerja di proyek-proyek yang dibangun di Jawa maupun di luar Jawa. Sehingga
ika tidak diantisipasi akan banyak penduduk usi produktif yang dibawa Jepang.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX
kemudian membuat siasat dengan bernegosiasi dengan Jepang, tentang kondisi
Yogyakarta yang kurang makmur. Hasil pertaniannya hanya berupa singkong. Maka perlu
dibangun saluran air agar lahan pertanian bisa ditanami padi dan tidak lagi
mengandalkan tadah hujan.
Usul tersebut disetujui Jepang
dan tahun1942 dimulailah pembangunan Selokan Mataram. Dengan pembangunan
tersebut banyak warga Yogyakarta yang terbebas dari kerja paksa Jepang. Selain itu,
keberadaan Selokan Mataram terbukti mampu untuk menyediakan kebutuhan air untuk
irigasi lahan pertanian di Yogyakarta, khususnya Sleman, Yogyakarta dan Bantul.
Konon, apa yang pembangunan
Selokan Mataram juga selaras dengan sebuah mitos yang dipercaya, bahwa rakyat
Yogyakarta akan makmur apabila Sungai Progo dan Sungai Opak menyatu. Dan hal
itu diterjemahkan dengan pembangunan Selokan Mataram yang menghubungkan
keduanya.
Sehingga menurut sejarah,
Selokan Mataram dibangun oleh rakyat Yogyakarta pada masa penjajahan Jepang,
bukan oleh Belanda. [KM/03]