KabareMinggir – Final Bulutangkis Olimpiade Tokyo 2020 memang sudang usai. Dari lima cabang yang dipertandingkan, China mendominasi dengan menempatkan wakil di semua cabang. Meskipun hanya mampu meraih dua medali emas, sisanya medali perak.
Guru Gunungkidul Wasit Olimpiade (pidjar.com)
Prestasi mentereng juga
diraih pasangan Ganda Putri Indonesia, Apriyani Rahayu dan Greysia Polli yang
berhasil meraih medali emas dengan mengalahkan wakil dari China. Ini merupakan
emas satu-satunya untuk Indonesia pada gelaran Olimpiade 2020. Sekaligus
mengukir sejarah, medali emas pertama dari Bulutangkis Ganda Putri dalam
sejarah keikutsertaan Indonesia.
Di balik gegap gempita final
Bulutangkis Olimpiade Tokyo, ada sosok lain dari Indonesia yang juga patut
mendapatkan apresiasi. Ya, salah satu wasit dalam laga final Bulutangkis
Olimpiade 2020 berasal dari Godean Sleman.
Baca Juga : Daftar Penghargaan Desa Wisata Gunungkidul
Laga Final Putri antara Tai
Tzu Ting dari Taiwan dan Chen Yu Fei dari China dipimpin oleh wasit Wahyana
yang tidak lain merupakan seorang guru olah raga SMPN 4 Patuk. Pria berusia 53
tahun tersebut merupakan satu-satunya wasit Bulutangkis dari Indonesia di
gelaran olimpiade kali ini.
Wahyana yang merupakan
alumni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tersebut memang sudah lama
berkecimpung di dunia Bulutangkis. Ia kerap memimpin even nasional maupun
internasional.
Ia menceritakan, seperti
dikutp pidjar.com, awalnya tertarik dalam bidang olah raga bola voli. Bahkan
sempat menjadi anggota tim bola voli DIY. Cedera yang dialami membuatnya harus pensiun
dari bola voli dan memilih jalan menjadi wasit bulutangkis.
Berbagai pelatihan ia ikuti
untuk meningkatkan kualitas dalam memimpin pertandingan sekaligus memperoleh
berbagai lisensi. Wahyana mengaku, sebetulnya ia sudah pernah ikut memimpin
berbagai pertandingan di SEA Games, Asian Games, Piala Sudirman, Kejuaraan
Dunia, Piala Thomas dan sebagainya.
Karir sebagai wasit dijalani
dari bawah. Tahun 1998-200 ia masih menjadi hakim garis. Namun dengan
kompetensi yang ia miliki, ia kemudian mendapatkan kepercayaan menjadi waasit
utama.
Kesuksesan yang ia peroleh
tidak lantas menghentikan cita-cita Wahyana. Saat ini ia ingin ada regenerasi. Maka
ia pun berusaha menyiapkan wasit-wasit dari Indonesia yang siap
menggantikannya. Hanya saja, menurutnya kendala penguasaan bahasa menjadi
kendala. Maka ia mengutamakan para wasit yang memang memiliki basic Bahasa Inggris yang bagus.
Apa yang diraih Wahyana bisa
menjadi inspirasi bagi kita semua, bahwa dari Godean bisa mendunia. Selamat Pak
Wahyana! [r]