Orang Jawa dikenal sebagai
masyarakat yang kental akan falsafah-falsafah kehidupannya yang beragam dan
mendalam. Falsafah itu menjadi pegangan masyarakat untuk dijadikan semacam
tuntunan.
Di antara falsafah yang
terkenal adalah Bener Ketenger, Becik Ketitik, Ala Ketara. Secara garis besar
falsafah ini bermakna segala sesuatu itu tercatat, dan akan mendapatkan balasan
pada suatu saat nanti.
Bener ketenger bermakna yang berbuat benar akan ditandai
atau diingat-ingat orang. Becik ketitik artinya yang baik akan terbukti.
Sedangkan ala ketara bermakna yang buruk akan terbuka pada saatnya.
Inti dari ungkapan ini memberikan pesan kepada siapa saja
untuk selalu eling dan waspada dalam berlaku atau bertindak.
Orang yang berlaku benar, tidak usah takut dikucilkan,
dijauhi atau diasingkan, karena kebenaran tidak akan pernah mati. Kebaikan itu
akan tetap abadi dan akan ada orang yang selalu menjadi saksi kebaikan itu.
Orang yang berbuat baik, tidak usah khawatir jika tidak
mendapatkan balasan secara cepat atau instan. Karena pada saatnya nanti akan
mendapatkan balasan dan kebaikan itu dihargai.
Sebaliknya orang tidak boleh berlaku jahat atau buruk,
karena suatu saat akan mendapatkan balasan itu. Bahkan dalam masyarakat jawa
dikenal, jika tidak mengenai diri, bisa jadi balasan keburukan itu mengenai
keturunannya.
Dengan mengingat falsafah ini diharapkan dalam kehidupan
seseorang tidak takut berbuat benar, tidak segan berbuat baik, dan tidak boleh
berbuat jahat. [KM/02]