Ketenaran Candi Borobudur sudah tidak diragukan lagi. Tidak hanya di lokal Indonesia melainkan sampai mancanegara. Bertahun-tahun obyek wisata ini menjadi destinasi wisata ribuan wisatawan. Masyarakat sekitar merasakan manfaat secara ekonomi karena bisa mendapatkan peluang untuk bekerja di sektor swasta.
www.desa-bahasa.com |
Adalah Hani Sutrisno, putra asli Borobudur kelahiran 1974 yang punya gagasan gemilang. Ia bersama para pemuda di Desa-nya, pada 1998 mencoba merintis Desa Bahasa. Berawal dari rasa prihatin karena masyarakat setempat tidak bisa mengambil peluang dari banyaknya turis asing yang datang karena terkendala bahasa.
Di
Dusun Parakan Desa Ngargogondo Magelang Jawa Tengah ia kemudian mencoba melatih
penduduk lokal untuk akrab berbahasa Inggris. Kini buah usahanya tidak sia-sia.
Bahkan sudah diakui berbagai teknik pembelajaran yang dilakukan terbukti
efektif.
Tidak
heran jika kini warga kampung bahkan anak usia sekolah dasar pun sudah pandai
berbahasa Inggris. Dengan kemampuan ini mereka bisa mendatangkan nilai tambah,
dan memperoleh keuntungan dengan banyaknya wisatawan asing.
Tetapi
tidak sampai di situ, kini mereka juga membuka semacam kursus yang
diperuntukkan untuk masyarakat luar Borobudur yang ingin belajar Bahasa
Inggris. Ada beberapa paket pembelajaran yang ditawarkan mulai dari harian
hingga satu bulan.
Tidak
hanya itu, para peserta pun bisa memilih program pembelajaran dipadukan dengan
paket wisata. Menikmati kemegahan Candi Borobudur maupun keelokan pemandangan
alam dan pegunungan menoreh.
Hani Sutrisno Pendiri Desa Bahasa
Hani
Sutrisno memang memiliki kemampuan dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Selain pernah
mendirikan pusat pendidikan Bahasa Inggris Spec (Simpel dan Cepat) ia juga
menulis beberapa buku pembelajaran Bahasa Inggris yang laris di pasaran.
Beberapa
buku yang pernah ditulis antara lain: Vocabulary
for Daily Conversation (2012), Pintar
Jari Tenses (2014), Fun Vocabulary
for Daily Conversation (2014), How to
Master Vocabulary for Daily Conversation (2015), Cepat Kuasai Kosakata
Bahasa Inggris tanpa Banyak Mikir ala Desa Bahasa Borobudur (2016), serta 6
Hari Lancar Cas Cis Cus Bahasa Inggris ala Desa Bahasa Borobudur (2016).
Hasil
manis yang kini dinikmati Desa Bahasa tidak datang begitu saja. Hani yang
memang sejak awal melihat potensi di Borobudur sempat bekerja di pabrik
konveksi di Bandung demi mengumpulkan biaya kursus. Setelah memiliki cukup uang
ia kemudian kursus Bahasa Inggris di Pare Kediri hingga meraih sertifikat.
Ia
lantas pulang ke desanya dengan semangat berbagi ilmu. Untuk memulai, ia
mengumpulkan teman-teman yang memiliki visi sama kemudian mengajak orang tua
mereka belajar bahasa inggris. Alasannya, jika orang tua saja mau belajar
bahasa inggris tentu anak-anak mereka akan merasa malu dan tergerak belajar
pula.
Dengan
cara ini ternyata cukup efektif. Awalnya kursus disediakan secara gratis, namun
dengan pertimbangan keberlanjutan, Hani menerapkan subsidi silang. Mereka yang
mampu membayar membantu peserta lain.
Dengan
cara ini ia pun bisa menyisihkan sebagian pendapatan untuk menyekolahkan para
staf hingga perguruan tinggi, mengadakan kegiatan sosial, melatih para dhuafa
dengan berbagai keterampilan serta membantu renovasi rumah warga yang siap
menyediakan kamar untuk penginapan para tamu.
Sempat Tutup
Tidak banyak yang tahu, Desa Bahasa sempat tutup karena para pengajarnya keluar. Waktu itu Hani tidak bisa memberikan sekadar uang transport. Ia kemudian memperbaiki bisnis pribadinya terlebih dahulu.
Setelah berhasil, ia lantas mencoba kembali Desa Bahasa dan akhirnya bertahan sampai kini.
Keberhasilan Desa Bahasa merupakan cermin dari kejelian melihat potensi lokal, kreativitas serta keikhlasan dalam berbuat untuk memberdayakan masyarakat. [r]