-->

Kisah Sersan Mugiyanto Sukses Kembangkan Kelengkeng Omzet Ratusan Juta

Sersan Mugiyanto menjadi cerminan sosok yang ulet dan pantang menyerah. Pengelola Kebun Buah Borobudur, Jalan Jenderal Sudirman Borobudur Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Ia sukses mengembangkan Kelengkeng Kateki.


Berawal dari musibah yang menimpanya saat bertugas di Maluku. Satu kakinya terkena ranjau dan harus diamputasi. Kemudian ia mengikuti kursus Pusrehab Kementerian Pertahanan dan diberi bekal pertanian. Mulai tahun 2007 ia memulai bertani buah, seperti Durian dan Alpukat.

Sersan Mugiyanto Kelengkeng
Kementerian Pertanian

Tahun 2014 ia mulai mengembangkan Kelengkeng. Dan pada 2015 ia memilih Kelengkeng Kateki sebagai kelengkeng yang memiliki keunggulan. Di antaranya bisa dibuahkan kapan saja tanpa harus menunggu musim.


Selain itu Kelengkeng Kateki juga terkenal dengan rasanya yang manis, daging tebal dan berbuah lebat. Sehingga memiliki daya saing dan nilai ekonomis tinggi. Bahkan satu tanda bisa mencapai 4-5 kilogram untuk satu tandan.


Kelengkeng Kateki juga bisa mampu bertahan pada suhu ruangan hingga lebih tiga hari sehingga tidak mudah busuk meskipun tanpa disimpan di lemari es. Kelengkeng Kateki menurut Sersan Mugiyanto sangat menguntungkan


Faktor Penting Bertani Kelengkeng

Pilih benih yang tepat. Penanaman Kelengkeng tidak membutuhkan waktu lama. Setelah penanaman dua tahun, pada tahun ketiga siap untuk dibuahkan dan panen. 


Menurutnya pemupukan cukup dua kali dalam satu tahun. Yakni menjelang kemarau dan menjelang musim penghujan.


Jika sudah berbuah, pasca panen harus ada pemumpukan untuk mengembalikan fungsi tanah dengan memberikan unsur-unsur hara yang ada.


Baca Juga : Harvest Mind, Kisah Para Petani Muda dari Purbalingga


Pemasangan jarring diperlukan untuk menghalau kelelawar. Karena Kelengkeng sangat disukai Kelelawar sehingga harus ditangkal dengan memasang jaring.


Sersan Mugiyanto sendiri menggunakan jenis jaring lebar dengan menutup di sekitar pohon tanpa menutup di bagian atas. Menurutnya, perlu juga berbagi dengan makhluk lain.


Pada musim kemarau, perlu adanya pengairan. Untuk efisiensi bisa menggunakan paralon untuk penyiraman. Dengan memasang paralon ke setiap pohon dan diberi kran khusus untuk penyiraman.


Sehingga dengan sekali buka, maka air akan mengalir ke setiap pohon. Selain hemat waktu, cara ini juga lebih efisien jika jumlah pohon telah banyak.


Kebun Buah Borobudur Wisata Edukasi

Sersan Mugiyanto mengembangkan Kebun Buah Borobudur tidak hanya untuk lokasi produksi buah saja. Melainkan juga menjadikannya sebagai lokasi wisata edukasi.


Dengan demikian pemasukan yang didapatkan tidak hanya dari penjualan buah Kelengkeng. Tetapi juga dari kunjungan para wisatawan, penjualan bibit serta pelayanan edukasi kepada masyarakat.


Kini keberadaan Kebun Buah Borobudur telah mendongkrak ekonomi masyarakat sekitar. Dengan adanya home stay, kuliner dan layanan lainnya untuk para pengunjung.


Motivasi untuk Para Petani Indonesia

Keterbatasan bukan penghalang untuk berkarya. Seperti Sersan Mugiyanto meski dengan kondisi kaki kanan yang diamputasi. Tetap bisa berkarya di bidang pertanian yang seringkali diasosiasikan butuh kondisi fisik prima.


Tetapi dengan pola pertanian modern dan sentuhan teknologi tepat guna. Ia membuktikan kerja kerasnya membuahkan keuntungan yang banyak.


Menurutnya dengan 250 pohon Kelengkeng yang kini ia miliki, untuk mencapai omzet Rp500 juta tidak terlalu sulit.


Baca Juga : Berkunjung ke Kebun Hidroponik, TerasPonik di Sleman


Sehingga petani tidak lagi terkesan harus kotor. Karena proses panen pun kini bisa dijual dengan wisata petik langsung.


Pemasaran terserap seluruhnya oleh para wisatawan yang datang ke Kebun Buah. Mereka justru senang dengan sensasi petik buah Kelengkeng langsung dari pohon.


Apa yang dilakukan Sersan Mugiyanto bisa menjadi inspirasi bagi kita semua Kang Mas – Mbak Yu. Untuk terus berbuat agar mendatangkan manfaat bagi masyarakat. [r]


Silakan simak videonya, yang diunggah Kementerian Pertanian


LihatTutupKomentar