-->

Arti Falsafah Jawa Becik Ketitik Ala Ketara

Arti becik ketitik ala Ketara atau sering juga keliru dituliskan becik keititik olo ketoro. Memiliki makna yang baik akan terbukti, yang buruk akan terbuka pada waktunya meskipun ditutupi serapat apapun.
Becik ketitik ala ketara memiliki makna mendalam bahwa siapapun harus berhati-hati dalam berucap, bertindak atau berperilaku karena semua akan terlihat pada waktunya. Ini sekaligus peringatan kepada setiap pribadi agar selalu ingat bahwa Gusti Allah mengawasi setiap perbuatan manusia.

Arti Falsafah Jawa Becik Ketitik Ala Ketara


Dalam ajaran Islam dikenal dua malaikat yang selalu mencatat perbuatan manusia. Malaikat Raqib bertugas mencatat kebaikan yang dilakukan dan Malaikat Atid mencatat keburukan yang diperbuat manusia.

Pengawasan yang dilakukan oleh Gusti Allah sangat dekat bahkan apa yang ada dalam bisikan hati manusia pun sudah diketahui. 

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang telah dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.Yaitu ketika kedua malaikat mencatat amal perbuatannya, satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.Tiada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” [Surat Qâf ayat 16-18]

Falsafah becik ketitik ala ketara sekaligus menjadikan kendali moral agar manusia tidak gegabah. Karena kebaikan dan keburukan akan mendapatkan balasan. Kebaikan dan keburukan berpulang kepada pelakunya. Perbuatan baik mendapatkan kebaikan dan perbuatan buruk mendapat keburukan, meskipun terkadang butuh waktu untuk membuktikannya.

Sebagian yang lain menambahkan secara lengkap menjadi Bener Ketenger, Becicik Ketitik, Alal Ketara

Purwakanthi Jawa

Becik ketitik ala ketara termasuk satu di antara Purwakanthi atau rima dalam budaya Jawa. Purwakanthi juga dikenal dalam budaya Sunda. Purwa berarti awalan dan kanthi bermakna mengulang. 

Secara makna, purwakanthi berarti mengulang apa yang telah disebut di awal.
Purwakanthi biasanya berisia nasihat yang mengadopsi gaya pantun atau peribahasan. Sehingga selain indah didengar juga memiliki makna sebagai ajaran dalam kehidupan manusia.

Dalam budaya Jawa dikenal tiga macam purwakanthi yakni guru swara, guru sastra dan guru basa.

Contoh Purwakanthi guru swara

  • Becik ketitik, ala ketara
  • Adigang, adigung, adiguna
  • Sing salah kudu seleh

Contoh Purwakanthi guru sastra

  • Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani
  • Ruruh, rereh, ririh ing wewarihipun, wrih reseping para wiyarsi
  • Wong jejodhohan kudu ngelingi babat, bibibit, bobot, bebet.

Contoh Purwakanthi guru basa/lumaksita

  • Asung bekti, bektine kawula marang Gusti.
  • Bayem arda, ardane ngrasuk busana
  • Lungguh dhingklik, dhingklike wong cilik-cilik
Dalam budaya Jawa memang dikenal banyak falsafah yang menjadi panduan dalam kehidupan sehari-hari. [KM/03]

LihatTutupKomentar