-->

Mengenal Suyadi, Anak Buruh Pemecah Batu Raih S2 dan Produktif Tulis Puluhan Buku

Miskin Bukan Halangan Sekolah, begitu judul sebuah buku yang diterbitkan oleh penerbit Buku Biru. Dalam buku ini diungkapkan beberapa fakta unik seperti: mengapa banyak orang miskin tidak sekolah, Bukti nyata 1001 orang miskin mampu sekolah, membentuk mental orang-orang miskin, meretas tali kemiskinan dan kebodohan melalui pendidikan, 1001 jalan menuju sekolah dan sebagainya.

miskin bukan halangan kuliah
Miskin Bukan Halangan untuk Sukses

Intinya buku tersebut memberikan dorongan dan motivasi kepada orang-orang miskin untuk bisa sekolah hingga perguruan tinggi. Buku setebal kurang lebih 280 halaman tersebut ditulis oleh Suyadi, seorang penulis dari Prambanan Sleman yang produktif menulis puluhan buku. 

Siapakah Suyadi? Siapa sangka penulis buku ini adalah anak buruh pemecah batu di pegunungan Prambanan. Di saat teman-teman sebaya dan tetangganya hanya tamat SD, SMP atau SMA Suyadi telah memiliki tekad untuk belajar hinga semaksimal mungkin.
Riwayat Pendidikan Suyadi Penulis Buku

Diawali dengan mengenyam pendidikan sekolah dasar di SD N Gayamharjo Prambanan Sleman, ia kemudian melanjutkan SMP di daerah setempat. Ia menyampaikan ke orang tua untuk melanjutkan sekolah di Kota. 

Baca Juga : Tak Punya Uang, 5 Tips Agar Tetap Bisa Kuliah

Pilihannya jatuh di SMK N 2 Depok Sleman (STM Mrican) yang merupakan sekolah kejuruan favorit di Yogyakarta. Sekolah ini menganut sistem pendidikan selama 4 tahun untuk bisa lulus.

Anak dusun dari Prambanan tersebut akhirnya diterima di SMK N 2 Depok Sleman. Saat di SMP ia meraih peringkat tertinggi, namun saat masuk di SMK dia hanya menempati urutan kedua dari bawah.

Baca Juga : Peluang Kuliah Ikatan Dinas PLN

Kisah heroik dimulai pada hari-hari pertama sekolah. Jarak antara Gayamharjo – Depok Sleman cukup jauh. Suyadi harus menempuh dengan menaiki sepeda onthel. Sekali perjalanan butuh waktu 2 jam, sehingga pulang pergi setiap harinya ia harus menghabiskan waktu 4 jam di jalanan.

Hari-hari pertama, ia belum terbiasa hingga kakinya melepuh. Malamnya, sang ibu dengan penuh kasing sayang memijit sambil menasehati agar Suyadi pindah saja ke sekolah yang lebih dekat. Namun tekad Suyadi telah kuat, ia ingin meraih pendidikan di sekolah terbaik.

Empat tahun dilaluinya, ia pun akhirnya lulus.

Anak Miskin Masuk Perguruan Tinggi Negeri

Lulus SMK, Suyadi meminta izin kepada orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Meski agak keberatan karena ketiadaan biaya, namun akhirnya orang tuanya megizinkan dan memberi restu.

Karena jaraknya cukup jauh, saat kuliah Suyadi memutuskan untuk kos di dekat kampus agar bisa konsentrasi belajar. Ia diterima di IAIN Sunan Kalijaga, atau sekarang disebut UIN Sunan Kalijaga di Jalan Adisucipto Yogyakarta.

Untuk menghemat biaya, ia menjadi mahasiswa-takmir, mahasiswa yang tinggal di masjid sekitar kampus sebagai takmir. Sehingga hemat untuk biaya kos, karena telah disediakan pihak masjid.

Baca Juga : Cara Menerbitkan Buku di Proumedia Yogyakarta

Tetapi untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliah ia harus sambil bekerja. Ia mulai rajin memberi privat kepada anak-anak sekolah, mengajar mengaji dan sebagainya. Pendidikan di perguruan tinggi dapat diselesaikannya dengan baik.

Bahkan ia bisa menembuh hingga strata 2 (S2), dengan mengambil jurusan Pendidikan Raudhatul Atfal (RA).

Suyadi Menulis Puluhan Buku

Puluhan buku suda berhasil ditulis oleh Suyadi, beberapa di antaranya: Permainan Edukatif yang Mencerdaskan (Powerbook, 2009), Buku Pegangan Bimbingan Psikologi Konseling PAUD (Diva Press, 2009), Quantum Dzikir (Diva Press, 2008) dan puluhan buku lainnya.

Dengan ketekunan dan kerja kerasnya, Suyadi telah membuktikan bahwa orang miskin berhak untuk sekolah hingga perguruan tinggi. Orang miskin berhak untuk meraih sukses. 
Seperti ungkapan yang pernah diungkapkan seorang penulis, “Pendidikan merupakan cara legal untuk melakukan rekayasa sosial.”

Karena melalui pendidikan nasib seseorang bisa berubah. [KM/04]

LihatTutupKomentar