-->

Ini Penyebab di Jawa Barat Tidak Ada Jalan Gajah Mada dan Majapahit


Ini Penyebab di Jawa Barat Tidak Ada Jalan Gajah Mada dan Majapahit. Butuh ratusan abad, kedua bekas daerah kerajaan berdamai dengan sama-sama menamai sebuah jalan dengan nama kerajaan Majapahit dan Siliwangi. Serta dua tokoh penting dari Sunda dan Jawa, Prabu Siliwangi dan Gajah Mada.

di Jawa Barat Tidak Ada Jalan Gajah Mada
Di Jawa Barat Tidak Ada Jalan Gajah Mada


Semua berawal dari meletusnya Perang Bubat, sebagian sejarawan menyebut ini adalah perang yang timbul karena kesalahpahaman. Raja Hayam Wuruk dari Majapahit ingin memperistri Dyah Pitaloka (Citra Rashmi) putri Prabu Maharaja Lingga Buana. Tetapi ada satu permintaan tak biasa yang diajukan Majapahit, yakni pihak perempuan yang harus ke Majapahit.

Ini tidak sesuai denga tradisi Sunda yang biasanya laki-laki yang mendatangi pihak perempuan. Dyah Pitaloka bersama Prabu Maharaja Lingga Buana, berangkat ke Majapahit. Mereka menggunakan kapal menyusuri Laut Jawa. Pada tahun 1357 mereka tiba di daerah Bubat, bagian utara Trowulan Ibu Kota Majapahit atau sekarang masuk ke Kabupaten Mojokerto.

Di sini kesalahpahaman terjadi, para prajurit Majapahit yang menyambut memindahkan  barang-barang bawaan dari Kerajaan Sunda ke paseban. Padahal tradisi saat itu, psaeban hanya digunakan untuk menampung upeti atau pajak dari daerah jajahan. Maka orang-orang Sunda tidak terima dan terjadilah perselisihan. Karena kalah kekuatan, prajurit Majapahit banyak yang gugur. Sebagian yang selamat melapor ke kerajaan untuk meminta bantuan.

Menurut sebagian sejarawan inilah yang kemudian memunculkan perang. Gajah Mada bersama pasukannya kemudian melakukan serangan balik hingga pasukan Sunda kalah. Dyah Pitaloka dan Lingga Buana turut gugur. Sebagian menyebut, Dyah Pitaloka bunuh diri untuk mempertahankan kehormatan, sebagian menyebut karena bertarung dengan Gajah Mada.

Orang Sunda Dilarang Menikah dengan Orang Jawa

Peristiwa ini membuat Kerajaan Sunda dan masyarakat Sunda berduka dan marah. Meskipun kemudian Raja Hayam Wuruk berusaha meminta maaf dan mengirimkan utusan. Tetapi tidak menyurutkan, bahkan keluar aturan dari Kerajaan Sunda: orang Sunda tidak boleh menikah dengan orang luar. Sebagian menyebut, yang dimaksud adalah suku Jawa.
Maka perselisihan itu sampai mengakibatkan di Jawa Barat tidak ada nama jalan Gajah Mada, Majapahit atau Hayam Wuruk. Sebaliknya di Jawa tidak ada nama Jalan Siliwangi, atau Jalan Sunda.

Penggantian Nama Jalan

Perselisihan yang bertahan hingga lebih dari 600 tahun itu akhirnya bisa didamaikan. Diawali dengan langkah Gubernur DIY sekaligus Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada tahun 2017 menamai ruas jalan di Yogyakarta dengan Nama Siliwangi, Pajajawan, Gajah Mada, dan sebagainya secara bersambung.


Langkah tersebut diikuti dengan penggantian nama jalan di Jawa Timur pada 2018. Yakni Jalan Prabu Siliwangi menggantikan Jalan Gunungsari dan Jalan Sunda menggantikan Jalan Dinoyo. Sehingga Jalan Prabu Siliwangi  berdampingan dengan Jalan Gajah Mada Surabaya, sedangkan Jalan Sunda berdampingan dengan Jalan Majapahit Surabaya.

Begitupun di Jawa Barat, sejak 2018 terdapat nama Jalan Hayam Wuruk dan Jalan Majapahit. Letaknya di sebelah barat lapangan Gasibu untuk Jalan Majapahit, serta Jalan Hayam Wuruk mengganti nama Jalan Cimandiri di sebelah barat Gedung Sate. [KM/03 || dari berbagai sumber]

LihatTutupKomentar