-->

Konsumsi Kelelawar Diduga Penyebab Wabah Corona di China, Benarkah?

Kabare Minggir - Dalam sepekan berita tentang kebiasaan masyarakat di Kota Wuhan China mengkonsumsi daging kelelawar ramai diperbincangkan. Sebabnya, Kota Wuhan dilanda wabah virus yang disebut Corona. Sampai saat ini belum ada vaksin yang bisa mencegah penularan virus ini.

Kelelawar (Foto: https://pixabay.com/Cparks-1593059)

Kabar terakhir, virus Corona telah merenggut 41 korban meninggal dunia baik masyarakat umum maupun tenaga medis yang terjangkiti. Selain itu lebih dari 1300 orang terinfeksi. Penduduk Kota Wuhan di China juga diisolasi, mereka tidak diperkenankan meninggalkan kota. Sehingga Wuhan mirip kota mati. Jalan-jalan sepi. 

Baca Juga : Virus Corona Terus Menyebar, IDI Keluarkan Siaran Pers

Sebuah video yang diunggah mahasiswa Indonesia yang tinggal di Wuhan menegaskan kondisi tersebut. Ia merekam perjalanan ketika akan ke supermarket, memperlihatkan jalan-jalan di Kota Wuhan sepi. Banyak penduduk yang memilih tinggal di rumah-rumah atau apartemen mereka karena takut tertular virus Corona.

Virus Corona juga telah menyebar ke berbagai wilayah di China. Bahkan beberapa negara tetangga juga ditengarai telah tertular. Virus Corona atau dikenal sebagai 2019-nCov, terdeteksi menyerang manusia sejak Desember 2019 lalu. Pemerintah China sempat menutupi kabar ini, bahkan beberapa pengungkap berita tentang Corona dianggap sebagai penyebar hoax.

Benarkah Corona Berasal dari Kelelawar?

Para pakar dan dokter menyatakan virus Corona memang mula-mula ada pada hewan seperti Kelelawar. Meskipun sudah dimasak hingga matang, ada kemungkinan virus tersebut tetap bertahan hidup dan menular melalui udara, alat makan, maupun tubuh juru masak. 

Padahal Kelelawar menjadi makanan favorit di Wuhan dan China pada umumnya. Kelelawar dimasak sebagai sup. Dalam video yang beredar, tampak seorang wanita ragu-ragu menyantap sup kelelawar, kemudian rekannya menganjurkan untuk memakannya dari bagian sayap.

Apakah Kelelawar Haram?

Beberapa agama mungkin memiliki pandangan berbeda tentang mengkonsumsi daging Kelelawar. Dalam jumlah terbatas, sebetulnya di Gunungkidul pun terdapat kebiasaan masyarakat mengkonsumsi daging Kelelawar.

Dalam Islam, terdapat perbedaan antara empat Imam. Ulama Hanafiyah membolehkan memakan Kelelawar. Ulama Malikiyah menyatakan makruh (lebih baik ditinggalkan), sedangkan ulama Hambali dan Ulama Syafiiyah menyatakan memakan Kelelawar hukumnya haram.

Baca Juga : Terowongan Terpanjang di Indonesia Resmi Dibuka

Sebagian besar ulama mengharamkan Kelelawar karena dianggap hewan yang kotor. Dalam Islam, makanan yang boleh dikonsumsi bukan hanya harus halal tetapi juga thayyib atau baik untuk dimakan. 

Selain Kelelawar beberapa hewan yang juga dilarang untuk dikonsumsi adalah ular. Menurut sebuah hadits riwayat Muslim, ada lima binatang yang boleh dibunuh: ular, burung gagak berwarna belang, tikus, anjing gila dan elang. Hewan yang dianjurkan untuk dibunuh merupakan hewan yang tidak layak untuk dimakan. [KM/07]




LihatTutupKomentar