-->

Jejak Perjuangan Pangeran Diponegoro di Kulon Progo


Jejak Perjuangan Pangeran Diponegoro di Kulon Progo. Setelah kemarin Tim Kabare Minggir mengulas tentang Jembatan Gantung Duwet Sebagai Saksi Perjuangan Melawan Belanda, kali ini  kami tulis perlawanan Pangeran Diponegoro mengusir penjajah dari Indonesia. Perang melawan penjajah yang menindas rakyat Indonesia.

Jejak Perjuangan Pangeran Diponegoro di Kulon Progo
Pegunungan Menoreh

Perang perlawanan ini berlangsung antara tahun 1825 sampai 1830, dan juga sering disebut sebagai Perang Jawa. Karena kuatnya perlawanan ini Belanda dibuat kalang kabut. Sehingga Belanda mengatur strategi dengan mengadakan gencatan senjata atau menghentikan perang di luar Jawa, khususnya di Sumatra, agar bisa fokus menghentikan Pangeran Diponegoro.

Kulon Progo, atau wilayah Pegunungan Menoreh secara umum merupakan basis perlawanan Sang Pangeran antara tahun 1826 – 1828. Secara umum meliputi wilayah Kulon Progo dan eks Karesidenan Kedu, seperti Purworejo, Magelang dan sebagian menyebut hingga ke Kebumen.

Sedangkan di Kulon Progo, jejak perjuangan Pangeran Diponegoro banyak ditemukan di Kalibawang (Kemusu, Degan, Semaken, dan Dekso.) dan Samigaluh. Dalam Babad Diponegoro, diceritakan pernah terjadi peperangan yang menenal korban cukup banyak di pihak Belanda yang terjadi di Semaken.

Goa Sriti

Goa Sriti terletak di Dusun Dukuh, Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh. Lokasinya perempatan Dekso Kalibawang ke arah barat, sekitar satu kilometer, kemudian menyusuri jalan menanjak ke arah bukit. Ada tanda berupa patung Pangeran Diponegoro di sisi jalan.

Jika dari arah Yogyakarta, bisa melalui Jalan Godean, arah Tugu Yogya lurus ke barat melintasi Jembatan Kebonagung 1 (Jembatan Ngapak) sampai dengan perempatan Kenteng. Ambil arah ke kanan (utara) menuju perempatan Dekso. Sedangkan dari Terminal Jombor, ambil arah ke barat menyusuri Jalan Kebonagung, setelah Kantor Camat Minggir ambil arah ke barat melintasi Jembatan Kebonagung 2 (Jembatan Kreo) sampai perempatan Dekso. Dari Perempatan Dekso ke barat sekitar satu kilometer, lalu naik ke arah bukit.

Goa Sriti memang tidak dipromosikan sebagai tempat wisata, sehingga tidak dikenakan tarif masuk bahkan untuk ke lokasi pun cukup kesusahan karena tidak ada petunjuk khusus atau pemandu. Tetapi Goa ini sering menjadi tujuan bagi mereka yang ingin belajar sejarah. Goa Sriti diyakini sebagai salah satu tempat Pangeran Diponegoro berlindung.

Siapakah Pangeran Diponegoro

Merupakan putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono III dengan R.A. Mangkarawati yang merupakan istri selir. Sehingga ketika hendak diangkat menjadi raja, Pangeran Diponegoro menolak. Karena ia menyadari buka lahir dari permaisuri raja. Ini merupakan salah satu sikap ksatria yang dimiliki Pangeran, tidak berambisi kepada kekuasaan.

Lahir dengan nama Mustahar pada 11 November 1785 dan wafat di Makassar (Ujung Pandang) pada 8 Januari 1855 dalam pengasingan setelah ditipu oleh Belanda ketika diajak berunding di Magelang. Ia merupakan sosok yang rendah hati dan merakyat. Lebih banyak tinggal di Tegal Rejo Yogyakarta, tempat buyut putrinya, ketimbang tinggal di Kraton.

Pangeran Diponegoro diberi gelar Abdulhamid Herucakra Amirul Mukminin Sayyidin Panatagama Khalifatur Rasul ing Tanah Jawa.

Kisah perjuangan Pangeran Diponegoro disebabkan karena sikap Belanda yang tidak menghargai adat istiadat masyarakat dan membebani rakyat denga berbagai pajak. Untuk memulai perlawanan, atas saran pamannya, GPH Mangkubumi, ia membuat basis perlawanan di Goa Selarong Bantul. Dari sinilah Perang Jawa, yang dikenal sebagai perang dengan jumlah korban paling besar dalam sejarah Indonesia dimulai. Pihak Belanda diperkirakan kehilangan 15.000 pasukan.

Karena sengitnya perlawanan Diponegoro, Belanda menerapkan taktik licik untuk menangkapnya dengan berpura-pura mengajak berunding. Namun kemudian Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Makassar hingga akhir hayatnya. [KM/03]

LihatTutupKomentar