Kabare Minggir – Meski dikenal sebagai negara agraris, namun faktanya
kondisi pertanian Indonesia jauh dari kata baik. Bahkan dalam banyak aspek tertinggal
dari negara ASEAN lainnya seperti Thailand atau Vietnam. Petani Indonesia masih
jauh dari taraf sejahteran. Kebijakan yang sering tidak berpihak kepada petani
menjadi satu di antara sebabnya, seperti impor komoditas pertanian yang terus
berlangsung, tata kelola benih dan pupuk yang tidak tertata serta sederet
persoalan lain. Termasuk kecukupan air irigasi.
Apalagi bagi petani penggarap
yang tidak memiliki lahan karena sudah diborong para pemodal. Penghasilan mereka
lebih mengenaskan lagi. Pelan tapi pasti sektor pertanian semakin ditinggalkan
generasi muda. Dampaknya bukan hanya sektor ketahanan pangan yang terancam,
melainkan semakin banyak lahan yang dibiarkan terlantar.
Adalah Muhaimin Iqbal, seorang
mantan ahli perbankan yang terjun ke dunia pertanian. Mengusung semangat untuk
memakmurkan Tanah Jawa, Pak Iqbal, demikian ia sering disapa, serius
mengembangkan berbagai inovasi yang terbukti berhasil. Bermula dari pengembangan
Jonggol Farm, sebagai lokasi untuk melakukan riset tentang berbagai komoditas
pertanian.
Memanfaatkan
Teknologi Informasi
Menyelesaikan pendidikan dengan
nilai tertinggi di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta membuat Pak Iqbal bisa masuk
Jurusan Mekanisasi Pertanian IPB tanpa tes. Di IPB ia pun lulus dengan meraih
nilai tertinggi, bahkan sejak jurusan tersebut berdiri 18 tahun sebelumnya. Bukan
hanya berprestasi di akademik, karir di dunia kerja pun cukup cemerlang. Satu di
antaranya dipercaya menangani salah satu anak perusahaan Pertamina.
Pada tahun 2004 ia mengajukan
pensiun dini dan pada 2008 memulai wirausaha. Satu di antaranya di bidang
pertanian. Pak Iqbal menyadari untuk menarik minat masyarakat agar terlibat di
dunia pertanian perlu menyatukan potensi-potensi yang ada dan dikelola secara
profesional. Maka ia menggandeng para milenial yang kompeten di bidang teknologi
untuk membuat startup. Kemudian lahirlah, iGrow.
Secara mudah, kerja dari
startup ini adalah menghubungkan petani – ahli pertanian – pemodal. Ketiganya bersinergi
untuk mengembangkan pertanian secara modern dan profesional. Sebagai pemodal,
mereka tidak harus memiliki lahan, cukup membeli paket komoditas tertentu
dengan jangka waktu yang disepakati. Kemudian pertanian akan dijalankan oleh
petani dengan bimbingan para ahli pertanian.
Komoditas yang ditawarkan
cukup beragam, mulai tanaman buah hingga pangan. Seperti pisang, durian,
sayuran, akar wangi, hingga jagung. Saat ini lahan yang dikelola antara lain
ada di Blitar, Banten dan Bogor.
Legalitas
iGrow
Dari segi legalitas, sebagaimana
tercantum dalam website Igrow.asia mereka telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 18 September 2017 dengan Nomor S-4438/NB.111/2017. Ini telah
sesuai dengan Peraturan OJK, Nomor 77/POJK.01/2016 megenai Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
Startup iGrow juga telah memenangi
beragam kompetisi Starup tingkat internasional antara lain Juara Utama Startup
Challenge yang digelar NTT Com, Juara Pertama Starup Worl Cup 2017 dan banyak
lagi.
Beberapa keuntungan yang
ditawarkan dari iGrow antara lain :
Diklaim sebagai investasi yang
cukup menguntungkan karena bagi hasil di kisaran 13-24% per tahun.
Turut memberdayakan petani dan
mengoptimalkan pemanfaatan lahan.
Ikut mendukung gerakan
penghijaun, bahkan para pemodal (sponsor) akan mendapat laporan tentang manfaat
investasinya terhadap lingkungan.
iGrow juga turut meningkatkan
ketahanan pangan dalam negeri, karena komoditas yang ada mampu bersaing dan
masuk jaringan supermarket.
Untuk informasi lebih jelas
bisa mengunjungi situs iGrow.asia.
Semoga bermanfaat. [KM/03 || dari berbagai sumber]