-->

Asti Wulandari, Mahasiswi Berprestasi dari Minggir



Kuliah. Sebuah kata yang tidak pernah terbersit dalam angan seorang gadis desa yang tinggal di Mergan, Sendangmulyo, Minggir, Sleman. Keinginan untuk melanjutkan sekolah pupus mengingat perekonomian keluarga. Bapaknya, Rujito, seorang buruh penambang pasir di sungai Progo, sementara ibunya, Sugiyati, seorang ibu rumah tangga. Paham akan keadaannya itu, guru BK di sekolahnya menyarankan agar berkonsultasi dengan kepala sekolah untuk didaftarkan dalam beasiswa bidikmisi. Dia adalah Asti Wulandari, anak seorang buruh/penambang pasir, tetapi Tuhan memberikan kelebihan dengan otaknya yang encer. Prestasinya yang selalu menjadi juara 1 selama menuntut ilmu di SMKN 2 Godean menjadi perhatian guru-gurunya bahwa remaja ini harus diperjuangkan, tidak boleh putus sekolah.

Mbak Asti bersama keluarga
www.uny.ac.id


Apa yang diperjuangkan gurunya membuahkan hasil. Asti, demikan ia akrab disapa, berhasil lolos seleksi jalur undangan masuk ke Universitas Negeri Yogyakarta mengalahkan pesaing-pesaing dari pelbagai daerah. Bahkan kuliahnyapun secara cuma-cuma karena mendapatkan beasiswa bidikmisi. Tahun 2010 dia resmi tercatat sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Teknik Boga di Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Kehebatan Asti terbukti di bangku kuliah. Dengan segala keterbatasan yang ada, peraih nilai sempurna (10.00) Ujian Akhir Nasional SMA, untuk mata pelajaran matematika ini berhasil mencatatkan indeks prestasi nyaris sempurna selama kuliah di FT UNY. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) gadis kelahiran Sleman 22 Januari 1992 ini menyentuh angka 3,89, bahkan pada semester kedua memperoleh IP 3,98. Prestasi akademiknya ditunjang oleh kreativitas dalam menulis karya ilmiah. Dia telah berhasil menulis karya ilmiah berjudul “Mie Gembili Pelangi sebagai Inovasi Makanan Pokok Pengganti Nasi”,  “Green Cincau Powder Alternatif Cincau Hijau Instan” dan “Usaha Jajanan Pasar Berbahan Dasar Umbi Suweng”.

Mbak Asti (ketiga dari kiri)


Ketika ditanya bagaimana cara anak pertama dari dua bersaudara ini mempertahankan IP nyaris sempurna tersebut, Asti menjelaskan bahwa dia harus pandai membagi waktu antara kuliah, belajar dan berorganisasi. “Saya selalu memprioritaskan bahwa pekerjaan atau tugas yang saya dapatkan hari ini harus selesai pada hari ini juga” kata Asti. Menurut salah satu teman sekelasnya, Hamzah Amir Nurdin, Asti cukup aktif dalam perkuliahan serta terlatih dalam menulis dan berbicara mengemukakan suatu pendapat. “Asti sepertinya memang terlahir dengan pandai” kata Hamzah “Pernah sekali terjadi, pada saat ujian dia tidak sempat belajar karena kesibukan organisasi dan kegiatan luar. Meskipun begitu dia dapat nilai bagus juga”. Ternyata, sebuah keterbatasan tidak membuat padam cita-cita sebagai generasi penerus bangsa yang ingin menggapai mimpi menjadi seorang ahli pangan. Asti telah membuktikan, keterbatasan ekonomi tidak harus menghalangi untuk berprestasi. (Dedy/aw) _[KM/03]


Sumber: http://www.uny.ac.id/
LihatTutupKomentar