Jagung merupakan komoditas pertanian yang relatif mudah untuk dibudidayakan. Selain cara perawatannya yang sederhana, jagung juga relatif lebih tahan serangan hama. Benih jagung juga terbilang murah bahkan bisa membuat secara mandiri, sehingga tidak perlu mengeluarkan uang yang banyak untuk kebutuhan benih.
Tanaman Jagung (pixabay.com) |
Jagung mudah tumbuh di berbagai kondisi lahan. Bahkan jenis jagung tertentu, seperti jagung Madura, bisa tahan di lahan kering. Meskipun ukuran bijinya tidak sebesar jika ditanam di tanah subur. Tetapi masih tetap bisa bertahan hidup dan menghasilkan.
Usia panen jagung hampir sama dengan padi. Jenis jagung manis bisa dipetik pada kisaran suai 50 hari. Sedangkan jagung hibrida memerlukan waktu sampai 100 hari untuk bisa dipanen. Dengan kondisi seperti itu, sebenarnya menanam jagung cenderung lebih mudah. Dengan memanfaatkan lahan-lahan yang menganggur maupun di pekarangan rumah.
Jagung dan Ketahanan Pangan
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia masih mengimpor jagung. Sepanjang Januari - November 2024 jumlahnya mencapai 1,3 juta ton. Suatu angka yang tidak sedikit. Saat ini harga jagung pipilan kering bisa mencapai Rp15.000. Sehingga jagung menjadi komoditas yang menjanjikan.
Selain bisa dijual, jagung juga bisa dikonsumsi sebagai pengganti beras. Kandungan karbohidrat dalam jagung tidak kalah dengan beras. Dalam pertanian terintegrasi, jagung bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak, terutama ayam. Sehingga peternak tidak perlu membeli pakan produksi pabrik. Pohon jagung yang sudah tua bisa diolah menjadi pakan ternak seperti domba, sapi atau kambing. Dengan cara dibuat silase.
Dengan berbagai keunggulan yang ada pada tanaman jagung. Bisa menjadi pilihan bagi kita untuk bersama-sama membangun ketahanan pangan nasional dari pekarangan kita masing-masing. Mari menanam, karenan menanam itu suatu kebaikan. [eko]