Sisa makanan, atau membuang makanan, terjadi ketika
makanan yang seharusnya dapat dimakan dibuang atau terbuang sia-sia. Praktik ini telah menjadi masalah
global utama yang berdampak negatif pada
banyak aspek kehidupan manusia dan lingkungan.
Limbah makanan dapat merusak rantai makanan. Produksi pangan menggunakan banyak
sumber daya alam seperti air, tanah, dan bahan kimia. Ketika makanan dibuang,
seluruh rantai pasokan terganggu, dan upaya berbagai pihak untuk menyediakan
makanan yang cukup bagi penduduk terancam.
![]() |
Ilustrasi limbah makanan resto |
Salah satu bahaya terbesar dari limbah makanan adalah
dampaknya terhadap lingkungan. Ketika makanan menjadi limbah, akhirnya terurai
di tempat pembuangan sampah, menghasilkan metana, gas rumah kaca dengan potensi
lebih besar menyebabkan pemanasan global daripada karbon dioksida. Selain itu,
produksi pangan yang boros berkontribusi pada hilangnya hutan, hilangnya
keanekaragaman hayati, dan degradasi tanah.
Limbah makanan juga merupakan beban sosial dan ekonomi
yang besar. Di banyak negara, jutaan
orang kelaparan setiap hari. Namun,
makanan yang cukup untuk menekan rasa lapar seringkali terbuang sia-sia.
Pemborosan ini berarti bahwa solusi potensial untuk masalah kelaparan tidak
maksimal dan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan makanan akhirnya terbuang sia-sia.
Limbah makanan juga menimbulkan permasalahan etis terkait
kewajiban sosial dan moral masyarakat untuk menggunakan sumber daya secara
bijak. Dalam masyarakat terhormat, membuang-buang makanan seringkali
dianggap tidak etis, karena masih banyak
orang yang kelaparan.