KabareMinggir - Sebuah kampung di Yogyakarta dikenal sebagai kampung ulama dan cendekiawan. Karena dari kampung ini lahir ulama, ilmuwan bahkan beberapa pahlawan Nasional. Termasuk profesor perempuan pertama Indonesia juga lahir dari kampung ini. Lokasinya tidak jauh dari Jalan Malioboro, tepatnya di sebelah barat alun-alun Kraton Yogyakarta. Nama kampung itu adalah kauman, tempat lahir dan berkembangnya organisasi Islam modern, Muhammadiyah.
Lantas siapa profesor perempuan pertama Indonesia itu? Dia adalah Siti Baroroh yang lahir dalam sebuah keluarga Muhammadiyah. Sang Ayah, H. Tamim bin Dja’far, merupakan keponakan Siti Walidah, istri dari Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah.
Siti Baroroh mengawali pendidikan dasar di SD Muhammadiyah. Menamatkan
pendidikan Sarjana di Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada (UGM). Melanjutkan
ke Fakultas Sastra UI dan meraih gelar sarjana pada 1952. Pada 1953-1955, Siti
Baroroh belajar Bahasa Arab di Kairo, Mesir.
Baca Juga : Mengapa Anak Orang Miskin, Ketika Dewasa Tetap Miskin? Ini Kata Helmy Yahya
Pada tanggal 27 Oktober 1964 pada usia 39 tahun beliau, Siti
Baroroh dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Sastra UGM. Sekaligus menjadi
guru besar perempuan pertama di Indonesia.
Selain menjadi dosesn, Siti Baroroh juga aktif di berbagai
organisasi seperti ‘Aisyiyah, ICMI, dan MUI. Ia menjabat sebagai Ketua Umum ‘Aisyiyah
selama lima perioder berturut-turut, 1965-1981. Ia juga memperkenalkan ‘Aisyiyah
ke tingkat internasional dengan menjalin kerjasam dengan UNICEF, UNESCO,WHO,
The Asia Foundation, World Conference of Religion and Peace, UNFPA, UNDP, World
Bank dan sebagainya.
Dalam bisang akademik, Siti Baroroh menjadi Dekan Fakultas
Sastra UGM selama dua periode, 1965-1968 dan 1968-1971. Ia menikah dr. Baried
Ishom, dokter Spesialis Bedah dan pernah menjabat Direktur RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.
Siti Baroroh dikenal sebagai pemimpin yang sangat disiplin
dan ingin ‘serba sempurna’. Ia wafat pada 26 September 2002 di Yogyakarta. [rls]