KabareMinggir – Ancaman pangan menjadi isu global yang akhir-akhir ini mencuat. Merupakan akibat dari bencana ekologis dan perubahan iklim global. Selain itu terjadi pergeseran pola konsumsi dan budaya, serta hilangnya empati. Hal tersebut diungkapkan pegiat lingkungan dan ketahanan pangan nasional, Adib Nurhadi, saat menjadi narasumber Jagongan Akhir Pekan Edisi #1 yang berlangsung di Pondok Makan Dapur Sawah, Minggir Sleman, Sabtu (26/11/2022).

Adib menambahkan bencana sosial
dan moneter yang mempengaruhi pola distribusi, politik dan transaksi. Pertumbuhan
jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan pertambahan lahan pertanian, bahkan
sebaliknya.
Sedangkan beberapa problem lokal
yang dihadapi saat ini, antara lain Komoditas pertanian dan pangan termasuk
bahan makan lebih banyak dipengaruhi oleh opini dan algoritma. Akses lahan dan
permodalan pertanian yang tidak merata; konglomerasi dan mafia lahan menjadi
momok petani arus bawah. 71 persen penduduk Indonesia yang bergantung pada
sektor pertanian, hanya 3 persen saja anak petani yang mau meneruskan pekerjaan
orangtuanya di sektor pertanian.
![]() |
Adib Nurhadi (kanan) |
Generasi muda menganggap krisis
pangan karena ketidak terjangkauan dan akses. Pertanian sekala besar diarahkan
pada kebutuhan industrial yang tidak langsung dengan kebutuhan masyarakat. Indonesia
diprediksi mengalami krisis jumlah petani dalam kurun waktu 10-15 tahun
mendatang. Alih generasi sektor pertanian kepada kaum millenial menjadi
perhatian serius.
Maka ia mengajak kaum milenial
untuk lebih peduli kepada lingkungan dan menguatkan ketahanan pangan melalui
beberapa tahapan. Di antaranya melalui penguasaan teknologi digital lebih cepat,
bepikiran terbuka dan bersedia membangun jejaring, Sains dan teknologi menjadi
basis problem solving, serta eksplorasi kekayaan pangan lokal menjadi komoditas
ekonomis.
Meskipun demikian Adib optimis
dengan kekuatan budaya yang dimiliki Indonesia, akan mampu mengatasi persoalan
yang ada. Kekuatan budaya tersebut antara lain, partisipasi, swadaya,
gotong-royong dan kesetaraan.
Ia menyarankan perlunya
peningkatan ketersediaan pangan baik dari hasil produksi masyarakat maupun dari
lumbung pangan, meningkatkan keterjangkauan pangan bagi warga masyarakat; dan Meningkatkan
konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman, higienis, bermutu, tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, serta berbasis
pada potensi sumber daya lokal.
Acara jagongan akhir pekan juga
diramaikan dengan penampilan Radwipa Coustic, band lokal asal Minggir Sleman.
Kegiatan terselenggara kerjasama Green Minggir Project, Tani Juara serta Pondok
Makan Dapur Sawah. [rls]