Jimat Jenderal Sudirman

Sebagai seorang pemimpin pejuang, Panglima Besar Jenderal Sudirman harus memiliki mental yang kuat. Secara fisik, posturnya mungkin tidak gagah. Cenderung kurus. Bisa jadi tidak banyak yang mengira seorang Guru Muhammadiyah menjelma menjadi Panglima yang memimpin gerilya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.



Saat Soekarno memilih akan menyerahkan diri kepada Belanda. Jenderal Sudirman sempat diajak serta, tetapi ia menolak. Kita tidak bisa membayangkan alur sejarah apa, jika waktu itu Sudirman menyetujui usul Sukarno untuk menyerahkan diri kepada Belanda.

Dengan tubuh yang ringkih, Sudirman memilih berjuang bersama rakyat. Menjelajah dari satu desa ke desa lain. Masuk hutan. Menyeberangi sungai dengan ditandu para pengawal setia. Kondisi paru-parunya yang sakit membuat Sudirman terbatas dalam bergerak.

Pegunungan Selatan menjadi saksi beratnya meda perjuangan yang mesti di lalui mulai dari Gunungkidul, Pacitan, Wonogiri, Trenggalek hingga Kediri. Jiwa pejuang Jenderal Sudirman tercermin dalam sebuah ungkapan yang terkenal : Yang Sakit Sudirman, Panglima Tidak Boleh Sakit.

Di balik ketegaran Sudirman, beberapa penulis sejarah mengungkap Jimat yang dipegang Sudirman. Jimat yang lebih dari sekadar kebendaan. Jimat itu satu di antaranya berupa selalu menjaga wudhu. Wudhu merupakan proses bersuci dengan membasuh sebagian anggota badan. Wajib dilakukan ketika hendak menjalan ibadah shalat.

Menjaga wudhu artinya ketika wudhunya batal karena beberapa hal yang membatalkan wudhu semisal buang air kecil, buang air besar maka segera berwudhu lagi. Sehingga selalu dalam kondisi suci.

Keutamaan wudhu ini diterangkan dalam sejumlah hadis.
Jika seorang hamba muslim atau mukmin berwudhu kemudian ia mencuci wajahnya, keluarlah dari wajahnya seluruh dosa karena penglihatan kedua matanya bersamaan dengan air atau akhir tetesan air. Jika ia mencuci kedua tangannya, keluarlah dari kedua tangannya setiap dosa yang dilakukan tangannya bersamaan dengan air atau tetesan air terakhir. Jika ia mencuci kedua tangannya keluarlah semua dosa yang dilakukan langkah kakinya bersamaan dengan air atau tetesan air terakhir, hingga ia keluar (dari berwudhu) dalam keadaan bersih dari dosa (H.R Muslim dari Abu Hurairah)

Para Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bagaimana engkau mengetahui orang yang datang setelahmu bahwa ia adalah umatmu? Rasul menyatakan: Bagaimana pendapatmu jika seseorang memiliki kuda yang putih pada bagian depan kepala dan kaki-kakinya berada di sekumpulan kuda yang hitam legam, tidakkah ia bisa mengenali kudanya? Para Sahabat berkata: Ya, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Sesungguhnya mereka (umatku) akan datang pada hari kiamat dalam keadaan putih (bersinar) pada bagian wajah, tangan dan kakinya karena wudhu’ (H.R Malik, anNasaai dari Abu Hurairah dishahihkan Ibnu Hibban dan al-Albany)

Karena meneliti tentang wudhu Prof Leopold Werner von Ehrenfels, psikiater dan neurolog berkebangsaan Austria memutuskan masuk Islam dan mengganti nama menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.

Hasil penelitiannya menemukan sesuatu yang menakjubkan. Ia terkejut karena wudhu mampu merangsang pusat syaraf yang ada pada tubuh manusia. Ada keselarasan basuhan air wudhu dan titik-titik syaraf, sehingga membuat kondisi tubuh selalu akan sehat.

Akhir-akhir ini ketika Virus Covid-19 melanda dunia. Kita dianjurkan untuk selalu mencuci tangan dan menjaga kebersihan. Allah sudah memerintahkannya beberapa abad silam melalui ajaran Islam: berwudhu.
LihatTutupKomentar