Meski hanya lulusan SD,
berbekal keuletan da kerja keras, Mang Egking sukses jadi pengusaha besar. Siapa
yang kini tidak mengenal Restoran Mang Engking? Restoran yang terkenal dengan
menu udang bakar madu.
Engking Sholikhin atau yang
lebih dikenal dengan Mang Engking, adalah pemilik dari restoran khas berbuansa
alam dengan ciri gubug-gubug di atas kolam budidaya udang dan ikan air tawar.
Mang Engking berasal dari Tasikmalaya. Berawal dari kehidupan yang sangat
sederhana, di tahun 1996, Mang Engking dan beberapa anggota keluarganya hijrah
ke Yogyakarta untuk mengembangkan keahliannya dalam bidang budidaya udang dan
ikan air tawar.
![]() |
www.sajianku.com |
Mang Engking yang lulusan
SD, sudah berprofesi sebagai pembudidaya udang dan ikan air tawar sejak tahun
1988. Ilmu budidaya tersebut dia dapat secara turun-menurun dari keluarganya.
Namun dari keahliannya tersebut, kebutuhan akan hidup kurang dapat terpenuhi
apabila ia tidak keluar dari Tasikmalaya.
Di awal 1997, ia mulai
membina beberapa petani di sekitar tempat tinggalnya di daerah Sleman, Yogyakarta
untuk belajar membudidayakan udang galah yang kemudian hasilnya dipasarkan ke
Cilacap. Dikarenakan pembayaran yang tidak lancar, maka Mang Engking beralih
memasarkan udang galah tersebut ke Bali sebagai pasokan supermarket dan
restoran. Setelah terjadinya tragedi bom Bali I, ia cukup kesulitan memasarkan
udang galahnya masuk ke Bali. Selain itu sistem pembayaran dirasa sudah tidak
cocok lagi, sehingga pada akhirnya ia mencoba memasarkannya sendiri.
Awal
Mula Restoran Mang Engking
Ketika berprofesi sebagai
pembudidaya udang dan ikan air tawar, secara tidak sengaja banyak orang yang
suka memancing ke kolam Mang Engking. Mereka senang sekali menghabiskan waktu
luang hingga larut. Hingga pada suatu ketika mulailah orang ingin makan udang
sambil memancing untuk mengisi perut mereka yang kosong. Untuk memenuhi
permintaan tersebut, istri dari Mang Engking yang bisa memasak seadanya ala
"wong ndeso" (bukan bergaya modern) harus memasak di rumah dan
mengantarkan pesanan tersebut ke kolam yang jaraknya cukup jauh. Dan pada
akhirnya mulailah muncul gubug-gubug di atas kolam budidaya tersebut saking
banyaknya permintaan yang sama. Dari sinilah ia mulai mencoba memasarkan
sendiri udang galah dan ikan gumareh, yang hingga saat ini menjadi menu
unggulan Mang Engking setelah terjadinya tragedi bom Bali I.
Suatu ketika ada seorang
turis asing berkewarganegaraan Jerman yang datang dan bermain selama beberapa
hari, turis tersebut merancangkan sebuah gubug dan memberinya uang sebesar Rp
300.000 yang kemudian meminta Mang Engking membuatkan gubug sesuai
rancangannya. Model gubug rancangannya cukup unik, yaitu dengan mempertahankan
model gubug asli (bernuansa alam di desa), dia merancang "Gubug
Berlobang", yaitu gubug yang berlobang pada bagian meja. Hal tersebut sangat
berguna bagi orang yang senang duduk lesehan, namun menginginkan kaki tetap
bisa leluasa (tidak ditekuk). Model meja tersebut cukup menarik dan hingga kini
masih dipertahankan Mang Engking.
Sumber: http://mangengking-pusat.blogspot.com