Alternatif Strategi dan Metode dalam Inisiasi Internalisasi Nilai – nilai Islam

Yogyakarta - Best Practise dalam  Alternatif Strategi dan Metode Dalam Inisiasi Internalisasi Nilai – Nilai Islam adalah : Internalisasi Nilai-Nilai Islam dalam Pendidikan, Strategi dan Metode Internalisasi Nilai-Nilai Islam, dan Implementasi Internalisasi Nilai-Nilai Islam di Pendidikan Formal (Madrasah). 



Best Practise tersebut disampaikan Kepala Kanwil Kemenag DIY, Dr. Masmin Afif, dalam Workshop Internalisasi Nilai-Nilai Islam dalam Proses Belajar Mengajar yang diselenggarakan oleh Program Magister Manajemen UII secara daring pada 28 Agustus 2021.


Disampaikan dalam materinya, bahwa Internalisasi adalah upaya menghayati dan mendalami nilai agar tertanam dalam diri setiap manusia. Dalam pendidikan agama Islam perlu adanya proses internalisasi karena berorientasi pada pendidikan nilai-nilai Islam itu sendiri. 


"Jadi internalisasi nilai-nilai Islam merupakan tindakan menuju ke arah pertumbuhan batiniah atau rohaniah peserta didik ketika menyadari adanya sistem nilai diri yang menuntun sikap, tingkah laku dan perbuatan moralnya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Pendidikan Islam di Kementerian Agama peserta didik dibekali secara hard skill (kemampuan akademis/keterampilan) dan soft skill (kepribadian, pendidikan karakter, dan nilai religiusitas)," ungkap Masmin.


Baca juga: 


Strategi dan metode mencapai harapan tersebut dalam hal pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge  (ilmu pengetahuan) saja , tetapi juga transfer of value (transfer nilai) sehingga ilmu yang didapatkan tidak hanya berhenti dalam otak saja melainkan terinternalisasi dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (sholat berjamaah, membaca Al Quran, pengumpulan dana sosial serta perbuatan mulia yang lain).


Dengan demikian, maka betapa pentingnya peran guru, kepala Madrasah, dan seluruh stake holder yang terlibat dalam satuan pendidikan formal tersebut untuk merancang dan membuat program-program strategis baik terkait dengan tugas guru sebagai pengajar dengan menjadikan dirinya sebagai role model (teladan), mampu menyampaikan materi pembelajarannya dengan menyelipkan pesan-pesan keagamaan dan nilai-nilai akhlakul karimah,  suasana iklim interaksi dalam lingkungan sekolah juga kondusif dan memberikan peluang yang seluas-luasnya dalam upaya internalisasi nilai-nilai spiritualitas dalam proses pendidikan di madrasah tersebut. [r]

LihatTutupKomentar