Kabare Minggir – Jika Kang Mas – Mbak Yu melintas di Kota
Yogyakarta, di beberapa pinggir jalan protokol dan pasar akan tampak sampah
menggunung. Bahkan di ebebrapa tempat, warga sekitar membuat tulisan, ‘Dilarang
Membuang Sampah, Sampah Sudah Penuh’ dan sebagainya. Kondisi ini seolah
menankdan Yogyakarta sedang mengalami Darurat Sampah.
![]() |
Yogya Darurat Sampah (Foto: SKH KR) |
Hal ini disebabkan oleh
penutupan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan Bantul. Padahal
lokasi ini merupakan tempat pembuangan sampah dari Bantul, Kota dan Sleman. Penutupan
dilakukan warga sekitar karena warga merasa kondisi TPST mengganggu dan
mencemari lingkungan. Selain itu jalanan yang dilewati kendaraan juga menjadi
rusak.
Berikut kronologi
penutupan TPST Piyungan Bantul, yang mulai digunakan sejak tahun 1996.
Tumpukan sampah yang
tidak terkelola dengan baik, dan volume yang terus bertambah membuat TPST
mencapai titik kritis.
Hujan yang turun
beberapa waktu terakhir menimbulkan cairan sampah yang meluber ke lokasi
sekitar dan menimbulkan bau tak sedap.
Baca juga : Progo Masuk 20 Sungai Tercemar di Dunia
Truk yang mengangkut
sampah dengan muatan berlebih atau tidak tertata dengan baik, sebagian sampah
jatuh dan tercecer sehingga mengotori jalan.
Untuk masuk ke TPST,
truk harus antri sekitar delapan jam, sehingga mengganggu arus lalu lintas.
Jalan yang terkena
hujan dan dilewati truk, banyak yang rusak. Warga sudah minta kompensasi tetapi
belum terwujud.
Baca juga : Banyak Bahaya, Mari Kita Kurangi Sampah Plastik
Warga akhirnya menutup
TPST, sehingga sejumlah tempat penampungan sampah di Sleman, Kota Yogyakarta
dan Bantul tidak terangkut.
Tidak hanya masyarakat,
para pekerja pengangkut sampah pun terdampak, karena mereka tidak bisa bekerja.
Pemda DIY saat ini
menyiapkan 2 dermaga di TPST Piyungan yang rencana akan beroperasi Jumat
(29/3). [KM/03|| sumber Kedaulatan
Rakyat]