-->

Apa Kabar Industri Mendhong Minggir?


Perkembangan teknologi telah menghadirkan beragam inovasi guna memenuhi kebutuhan manusia. Seiring dengan keinginan manusia untuk memperoleh sarana yang murah, praktis dan awet. Salah satu yang terkena imbasnya ialah kerajinan tikar mendhong yang kini semakin langka.



Penulis masih ingat betul, hampir setiap hari terdengar suara dug-dug orang nggemblong mendhong. Nggemblong merupakan cara memipihkan batang mendhong dengan cara menghantam mendhong yang diletakan di sebuah batu datar dengan ujung batang kayu. Bahkan sebelum subuh, dulu sering terdengar orang nggemblong. Kini aktifitas tersebut menjadi hal langka, karena tidak banyak lagi orang yang menganyam tikar mendhong.

Mendhong Minggir yang (Tetap) Mendunia

Secara kasat mata, para petani mendhong di Minggir kian berkurang. Terlihat dari luasan lahan untuk pertanian mendhong semakin sempit. Para petani lebih memilih bertanam padi karena harga mendhong yang tidak stabil dan permintaan pasar yang terus merosot.

Dulu, setiap pagi ketika berangkat sekolah, penulis biasa melihat para petani menjemur mendhong di pinggiran jalan. Kini pemandangan itu menjadi barang langka. Mendhong atau dalam bahasa latin disebut Fimbristylis Umbellaris merupakan salah satu tanaman yang telah lama menjadi ciri khas Desa Sendangsari Minggir. Karena memang tanaman ini jarang ditemui di wilayah lain.

Kini para pengrajin medhong harus berinovasi, karena permintaan tikar mendhong tak sebanyak dulu. Mereka kini mengubah mendhong menjadi aneka kerajinan seperti sandal, dompet, bantal, tas dan aneka souvenir lain. Salah satu produsen aneka kerajinan berbahan medhong yang masih bertahan adalah Deriji Craft yang beralamat di Plembon Sendangsari Minggir Sleman.

Selain itu, menurut pengakuan pengelola Deriji Craft, Dwiyanto, mereka juga menerima order tikar untuk jamaah haji sejak 2014. Setiap tahun pesanan tikar bisa mencapai 1.300 lembar. Biasanya diberikan untuk jamaah haji dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahkan beberapa tahun lalu Dirjen Haji Kementerian Agama RI, DR. Anggito Abimanyu pernah meninjau langsung pembuatan tikar di Plembon. Menjajaki kemungkinan penggunaan tikar mendhong bagi jamaah haji.

Bertahan dengan Inovasi

Deriji Craft dan pengrajin lainnya bertahan di tengah gempuran rupa-rupa souvenir yang membanjiri industry kreatif Indonesia. Inovasi dan kreatifitas menjadi salah satu modal utama untuk bersaing. Kejelian pasar juga menjadi kunci memenangkan persaingan. Misal, untuk pembuatan sandal, para pengrajin membidik pasar hotel. Biasanya hotel menyediakan sandal bagi para tamu, yang bisa dikatakan sekali pakai. Kelebihan sandal dari mendhong ialah terbuat dari bahan organik yang mudah terurai.

Dengan membidik pasar hotel, permintaan relative lebih banyak dan bisa secara rutin. Selain itu para pengrajin juga cepat menikmati hasil karena pembayaran secara cash. Beberda jika dengan sistem titip bagi konsumen umum.


Beberapa inovasi produk yang dihasilkan oleh para perajin di Parakan Kulon, Plembon, Bandan, Minggir II, dan Kisik telah mampu menempus pasar nasional maupun internasional. Saat ini kendala yang dihadapi selain tersedianya bahan yang berkualitas, juga pemasaran yang masih terbatas. Perlu inovasi dalam pemasaran mengoptimalkan media online yang kini mudah diakses. Semoga ke depan industru mendhong Minggir tetap bertahan dan mampu mewarnai industri kreatif Indonesia. [KM/03]
LihatTutupKomentar