-->

Sadiman, Kisah Keikhlasan Menunggu Pohon Beringin

Ada sebuah kisah menarik dari Wonogiri tentang seorang petani bernama Sadiman (61). Apa yang dilakukannya hingga diekspos beberapa media bukanlah karena padi yang ia tanam. Sejak awal 1990-an, Sadiman terus menanam bibit pohon di Hutan Gendol yang adalah hutan negara. Sampai saat ini sedikitnya 11.000 pohon — 4.000 di antaranya beringin — sudah ia sedekahkan untuk alam. Karenanya, Sadiman menjadi satu-satunya orang yang mendapat izin menanami lahan yang dikelola oleh Perhutani itu.

Sadiman, Kisah Keikhlasan Menunggu Pohon Beringin


Niat Sadiman adalah menghidupkan sumber air di gunung yang sudah lama kering. Kenapa memilih pohon beringin adalah karena pohon ini bisa menyimpan cadangan air tanah. Kebakaran dan penebangan pohon telah membuat hutan gundul dan mata air mati. Penduduk desa Geneng dan Conto yang terletak satu lereng selalu mengalami defisit air bersih ketika musim kemarau. Satu sungai yang menjadi satu-satunya sumber air juga kering.

Baca Juga : Pencak Silat Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya UNESCO

Dan pada akhirnya keadaan membaik beberapa tahun terakhir, semua berkat usaha Sadiman membuahkan hasil. Beberapa mata air yang bersumber di Gunung gendol mulai mengalir kembali dan mampu menghidupi setidaknya 3.000 jiwa. Ketika wilayah lain di Wonogiri mengandalkan air bersih dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) setempat, desa tempat tinggal Sadiman masih bisa menggunakan mata air dari gunung Gendol.

Yang luar biasa adalah, Semua bibit pohon yang kebanyakan beringin itu diperoleh dengan biaya sendiri. Dia menanam dengan tenaganya sendiri, memupuknya dan juga merawatnya dengan ikhlas. Bahkan ketika semua orang riuh dengan pesta kemerdekaan dia lebih memilih untuk menunggui pohon-pohon beringin muda untuk memastikan bisa tumbuh dengan baik.

Baca Juga : PSS Sleman Takluk Di Kandang Lawan Persela Lamongan

Apa hubungannya dengan Minggir ? sepintas melintasi minggir akan nampak hamparan sawah luas yang terbelah selokan Van der Wijk sebagai nadi utama pengairannya. Meski selokan itu di kala kemarau debitnya bisa menurun sangat drastis. Yang terkadang kondisi ini membuat para petani tidak bisa menggarap sawahnya. 

Yang lebih memprihatinkan lagi adalah, beberapa desa di bagian barat terkadang mengalami masalah yang jauh lebih berat daripada sawahnya kering. Beberapa sumur yang menjadi sumber air utama masyarakat menjadi surut. Jadi jangan heran ketika melihat orang menelusuri selokan untuk mengairi sumur mereka. Dan terkadang juga mereka harus bersitegang dengan petugas sebuah rumah makan yang juga membutuhkan air agar udang-udangnya tidak mati kekeringan.

Di minggir sendiri terdapat setidaknya 7-9 sendang yang rata-rata terdapat pohon beringin, dan sangat jarang ditemui sendang-sendang itu kering. Mungkin lebarnya sungai Progo menutupi kita untuk mengambil pelajaran dari sendang-sendang itu. Dan apa yang dilakukan oleh Sadiman di Wonogiri bukan tidak mungkin diterapkan di minggir. Hanya saja, karena perbedaan kontur tanah dan juga kondisi lingkungannya mungkin diperlukan pengkajian terlebih dahulu. (km-04)

LihatTutupKomentar