Saba Dusun - Manfaat belajar sejarah tidak hanya bermanfaat dari sisi akademis saja. Namun, mempelajari sejarah bisa menjadi transfer pengalaman positif dari para pendahulu.
Hal itu terungkap dalam acara Napak Tilas Jenderal (Purn) AH Nasution di Desa Banjarasri Kalibawang Kulon Progo, Rabu (03/07/2019). Kegiatan yang diikuti puluhan siswa sekolah menengah se-Kabupaten Kulon Progo itu, termasuk perwakilan dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kulon Progo, merupakan satu upaya refleksi yang dilakukan para pendiri bangsa di masa lalu.
Ery Susanto, satu diantara perwakilan siswa MAN 3 Kulon Progo mengungkapkan, dirinya merasa bangga bisa ikut serta dalam kegiatan napak tilas tersebut.
"Melalui kegiatan ini kita bisa tahu apa yang pernah dilakukan Pak Nasution dalam usahanya mempertahankan kemerdekaan sekaligus menyelamatkan kedaulatan Indonesia," ungkap Ery, yang juga Ketua OSIS MAN 3 Kulon Progo.
Pada kegiatan yang digelar Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Kulon Progo tersebut, salah satu pembicara sejarawan Ahmad Athollah MA menjelaskan, wilayah Kulon Progo khususnya Kalibawang dan Samigaluh memiliki peran penting dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
"Ada instruksi dari Hamengku Buwono IX dan petinggi militer saat itu bahwa Kulon Progo menjadi tempat aman jika Yogyakarta dalam keadaan gawat," jelas Athollah.
Dirinya menambahkan, di Dusun Boro Desa Banjarasri Kalibawang pada masa Agresi Militer Belanda II juga menjadi markas sementara Angkatan Darat, Kepolisian dan Kejaksaan Agung. Kecuali itu selain AH Nasution, ada beberapa pejabat tinggi Indonesia melarikan diri ke wilayah Boro.
Sementara itu Kepala Disbud Kabupaten Kulon Progo, Untung Waluya mengatakan, kegiatan napak tilas merupakan bentuk refleksi perjuangan para pendahulu.
"Melalui kegiatan semacam ini kita bisa mengalami sekaligus mendalami apa yang pernah dilakukan AH Nasution ketika berusaha menyelamatkan kedaulatan Indonesia ketika Belanda datang kembali pada tahun 1948-1949," kata Untung.
Menurutnya, tindakan AH Nasution saat itu bisa menjadi pembelajaran generasi muda sekarang, terutama para pelajar di Kulon Progo. Oleh karena itu, ia berharap ada sebuah transfer pengalaman yang mampu merubah sikap dan mental anak-anak muda Kulon Progo.
"Manajemen 'embuh sesuk' yang banyak dianut masyarakat desa karena tidak ada kepastian di hari esok harus diubah, karena jika ingin berubah harus mau berusaha," tegas Untung.
Kecuali siswa sekolah menengah se-Kulon Progo, kegiatan Napak Tilas Jend (Purn) AH Nasution juga melibatkan komunitas pecinta sejarah. Kegiatan diawali dengan penuturan terkait Kulon Progo pada masa lalu dan aktivitas AH Nasution saat itu, kemudian dilanjutkan jalan kaki (napak tilas) dari monumen MBKD menuju Watu Keker. (Fjr/nur)
Hal itu terungkap dalam acara Napak Tilas Jenderal (Purn) AH Nasution di Desa Banjarasri Kalibawang Kulon Progo, Rabu (03/07/2019). Kegiatan yang diikuti puluhan siswa sekolah menengah se-Kabupaten Kulon Progo itu, termasuk perwakilan dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Kulon Progo, merupakan satu upaya refleksi yang dilakukan para pendiri bangsa di masa lalu.
Ery Susanto, satu diantara perwakilan siswa MAN 3 Kulon Progo mengungkapkan, dirinya merasa bangga bisa ikut serta dalam kegiatan napak tilas tersebut.
"Melalui kegiatan ini kita bisa tahu apa yang pernah dilakukan Pak Nasution dalam usahanya mempertahankan kemerdekaan sekaligus menyelamatkan kedaulatan Indonesia," ungkap Ery, yang juga Ketua OSIS MAN 3 Kulon Progo.
Pada kegiatan yang digelar Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Kulon Progo tersebut, salah satu pembicara sejarawan Ahmad Athollah MA menjelaskan, wilayah Kulon Progo khususnya Kalibawang dan Samigaluh memiliki peran penting dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
"Ada instruksi dari Hamengku Buwono IX dan petinggi militer saat itu bahwa Kulon Progo menjadi tempat aman jika Yogyakarta dalam keadaan gawat," jelas Athollah.
Dirinya menambahkan, di Dusun Boro Desa Banjarasri Kalibawang pada masa Agresi Militer Belanda II juga menjadi markas sementara Angkatan Darat, Kepolisian dan Kejaksaan Agung. Kecuali itu selain AH Nasution, ada beberapa pejabat tinggi Indonesia melarikan diri ke wilayah Boro.
Sementara itu Kepala Disbud Kabupaten Kulon Progo, Untung Waluya mengatakan, kegiatan napak tilas merupakan bentuk refleksi perjuangan para pendahulu.
"Melalui kegiatan semacam ini kita bisa mengalami sekaligus mendalami apa yang pernah dilakukan AH Nasution ketika berusaha menyelamatkan kedaulatan Indonesia ketika Belanda datang kembali pada tahun 1948-1949," kata Untung.
Menurutnya, tindakan AH Nasution saat itu bisa menjadi pembelajaran generasi muda sekarang, terutama para pelajar di Kulon Progo. Oleh karena itu, ia berharap ada sebuah transfer pengalaman yang mampu merubah sikap dan mental anak-anak muda Kulon Progo.
"Manajemen 'embuh sesuk' yang banyak dianut masyarakat desa karena tidak ada kepastian di hari esok harus diubah, karena jika ingin berubah harus mau berusaha," tegas Untung.
Kecuali siswa sekolah menengah se-Kulon Progo, kegiatan Napak Tilas Jend (Purn) AH Nasution juga melibatkan komunitas pecinta sejarah. Kegiatan diawali dengan penuturan terkait Kulon Progo pada masa lalu dan aktivitas AH Nasution saat itu, kemudian dilanjutkan jalan kaki (napak tilas) dari monumen MBKD menuju Watu Keker. (Fjr/nur)