Mencerna Makna Merdeka Petani di Tengah Sawah yang Diserang Tikus

MERDEKA MAKNA

Catatan kecil.

__



Seorang petani mengajak anaknya, yang masih remaja. 


"Ayo Dek, ikut !", .


"Kemana, Yah ?".


"Nengok sawah", jawabnya.


Sebelum berangkat, sang petani membawa bendera berserta tiangnya.  


"Kok bawa bendera, Yah ?", tanya si remaja.


"Nanti sekalian kita tancapkan bendera ini di tengah sawah", jawab si petani.


Dengan masih menyimpan rasa penasaran, si remaja terpaksa mengikuti ajakan ayahnya.   Keduanya berboncengan menuju sawah.  Yang jaraknya tak terlalu jauh. 


Sang petani mengajak anaknya masuk ke tengah sawah.


"Anakku, coba lihatlah apa yang terjadi di sekitar sawah kita ini ?", tanya petani. 


Si remaja berusaha menyapu pandangannya ke sekitar tempat mereka berdiri.  


"Ini sawahnya kok rusak kayak gini, Yah ?",tanya si remaja.


"Bagus.   Berarti kamu sudah ngerti jawaban pertanyaan Ayah tadi.   Hamparan padi yang rusak ini disebabkan oleh serangan tikus", jelas sang petani.


"Kalau sudah seperti ini, apakah nanti padinya bisa dipanen, Yah ?", tanya anaknya. 


"Kalau dibiarkan terus, akan gagal panen.  Alias tidak ada yang bisa dibawa pulang.   Sekalipun bisa dipanen, gabahnya tidak laku dijual.  Gabahnya sudah rusak.  Kalau digiling, kualitas berasnya juga sangat jelek.   Warna berasnya jadi kehitaman", jelas sang petani.


"Oh, aku ngerti sekarang, Yah.  Berarti nasi yang biasanya kita makan beberapa bulan ini juga dari sawah yang diserang tikus ya,  Yah ?", tanya si remaja.


"Betul sekali.  Itu adalah hasil dari panenan musim yang lalu.  Waktu itu serangan tikusnya sangat parah.   Ditambah juga ada serangan hama lain : wereng", jawab si petani.


"Wah jadinya rugi kalau begitu, Yah !", sergah si remaja. 


"Seorang petani harus siap dengan resiko gagal panen", jawab si petani. 


"Apakah serangan hama seperti ini seringkali terjadi, Yah ?".


"Selain dari serangan hama, gagal panen juga bisa disebabkan oleh keadaan iklim yang ekstrim.  Misalnya : hujan deras, angin, banjir, kemarau panjang dan lain lain".


"Musim kemarin, sawah kita gagal panen.   Musim sekarang, kena serangan tikus lagi.  Lalu, untuk musim yang akan datang apakah Ayah masih juga akan bertahan dan terus nanam padi ?", tanya si remaja.


"Menjadi petani adalah sebuah kebanggaan buat Ayah.   Sawah ini adalah peninggalan Eyang Kakungmu.   Hanya ini satu satunya harta yang Ayah miliki.   Sampai kapanpun, tetap akan Ayah pertahankan.  Ibarat dimana bumi dipijak, di situ pula langit dijunjung", jelas si petani.


Tiba - tiba, si petani mengangkat tiang bendera yang dibawanya tadi.  Ia menancapkan batang bambu itu persis di tengah hamparan sawahnya.   


Ketika tepat jam 10.00, angin dari arah Selatan berhembus kencang.   Kain bendera yang hampir usang itu berkibar.  


Si petani berdiri tegak.  Sebuah cangkul nampak tergolek di sampingnya.  


Si petani mengangkat tangan kanannya.  Menempelkan ujung telunjuknya pada alis mata kanannya.   


Dengan masih mengenakan caping, si petani menghormat pada bendera dua warna itu. 


Merdeka ....!

(*)


Jetis Depok, 17 Agustus 2024.

Uwik DS.

LihatTutupKomentar