Revolusi TikTok: Bagaimana Platform Ini Mengguncang Beragam Industri dengan Strategi Inovatif

KabareMinggir - TikTok, platform media sosial berbasis video pendek, telah menjadi fenomena global dengan lebih dari miliaran pengguna di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, aplikasi ini telah mengubah cara orang berinteraksi dengan konten, musik, dan iklan. TikTok berpotensi mengubah sepenuhnya dinamika persaingan bisnis di berbagai industri di masa mendatang. 


Aplikasi TikTok (sumber : pexels.com)

Apa itu TikTok? 


Pada awal 2012, seorang insinyur perangkat lunak bernama Zhang Yiming bersama temannya Liang Rubo mendirikan perusahaan bernama ByteDance. Mereka meluncurkan aplikasi pertama mereka yang disebut Neihan Duanzi, yang memungkinkan pengguna untuk berbagi lelucon, meme, dan video lucu. Tak lama setelah itu, ByteDance juga meluncurkan platform berita dan informasi bernama Toutiao, yang sangat populer dan berhasil mencapai satu juta pengguna aktif harian dalam waktu empat bulan. 


Pada tahun 2014, ByteDance mendapatkan investasi sebesar 100 juta Dolar AS dari Sequoia Capital, yang sebagian digunakan untuk mendirikan ByteDance AI LAB, yang fokus pada pengembangan kecerdasan buatan (AI) untuk memahami informasi dalam gambar atau video secara mendalam. Kemudian, teknologi AI ini diimplementasikan pada Toutiao, memberikan kemampuan platform tersebut untuk memprediksi dan merekomendasikan konten berita secara akurat sesuai dengan minat pengguna, dan akhirnya Toutiao mencapai 120 juta pengguna aktif pada September 2017. 


Keberhasilan Toutiao menginspirasi Zhang Yiming untuk menciptakan aplikasi serupa dengan fokus pada video pendek yang menarik. Pada tahun 2016, diluncurkanlah Douyin, sebuah platform hosting video pendek dengan beragam genre seperti lelucon, aksi, trik, tarian, dan hiburan. Douyin juga menggunakan teknologi rekomendasi AI yang sama dengan Toutiao untuk menyajikan video sesuai dengan minat pengguna. Popularitas Douyin di Cina mendorong ByteDance untuk menciptakan versi globalnya untuk konsumsi di luar Cina. Pada bulan November 2017, ByteDance mengakuisisi aplikasi musik bernama Musical.ly, yang memungkinkan pengguna untuk membuat video lipsing selama 15 detik hingga satu menit dengan berbagai fitur menarik. Ketika diakuisisi Musical.ly telah memiliki 200 juta pengguna di seluruh dunia dan kemudian namanya diubah menjadi TikTok. 


Pembuatan konten TikTok (sumber : pexels.com)


Misteri di Balik Keberhasilan TikTok


Melansir dari akun YouTube @IndrawanNugroho, setidaknya ada 5 faktor yang menyebabkan kesuksesan TikTok dalam menarik jutaan pengguna untuk terus menggunakannya:


1. TikTok menawarkan format video pendek yang sangat adiktif. Dokter Julie Albright, seorang sosiolog ahli budaya digital dan komunikasi, menyimpulkan bahwa pengguna TikTok mendapatkan efek intermitten reinforcement dan dopamin saat menggunakannya. Intermittent reinforcement, yaitu pemberian reward pada interval acak yang membuat pengguna semakin penasaran dan berusaha untuk mendapatkan reward tersebut. Saat menggunakan TikTok, pengguna terus menggeser video ke bawah hingga menemukan konten yang disukai, dan inilah yang memicu efek dopamin di otak. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan TikTok dapat menyebabkan respons seperti kecanduan.


2. TikTok memiliki kecerdasan buatan yang canggih yang dikembangkan oleh perusahaan induknya, ByteDance. TikTok mengumpulkan banyak data dari ponsel pengguna, termasuk aplikasi yang diinstal, situs web yang sering dikunjungi, dan lokasi fisik. Hal ini memungkinkan TikTok untuk memprediksi minat dan preferensi pengguna dan algoritmanya belajar dari pilihan-pilihan video yang ditonton pengguna. Format video pendek di TikTok memungkinkan algoritma untuk mempelajari minat pengguna lebih cepat daripada platform lain seperti YouTube.


3. Proses pembuatan konten di TikTok sangat mudah. Pengguna tidak perlu berpikir keras tentang konten apa yang ingin dibuat. Cukup dengan membuat video lipsing atau menari sesuai dengan tren yang sedang populer di TikTok atau menjawab tantangan tertentu dengan fitur rekaman dan efek spesial serta musik yang telah disediakan oleh aplikasi.


4. TikTok aktif mempromosikan video yang diunggah pengguna agar dapat dilihat oleh sebanyak mungkin orang. Video-video yang menarik diprediksi akan tertarik oleh banyak penonton dan seringkali menjadi viral dengan cepat. Hal ini memberikan kepuasan tersendiri bagi pengguna yang merasa terkenal dan menginspirasi mereka untuk terus membuat konten baru. 


5. TikTok menyediakan fitur berbagi yang sangat mudah ke berbagai media sosial lainnya. Meskipun terkesan kontra-intuitif, hal ini adalah strategi cerdas untuk memberikan TikTok promosi gratis dan tanpa batas. Setiap video yang dibagikan dari TikTok ke platform lain akan menampilkan watermark logo TikTok yang besar, menarik minat orang lain untuk mengetahui apa itu TikTok dan akhirnya mengunduh dan menggunakan aplikasinya.


Contoh konten TikTok (sumber : @IndrawanNugroho)

TikTok Berpotensi Mengubah Persaingan Bisnis di Masa Depan


Pertama, format video pendek yang disajikan oleh TikTok membuat perhatian masyarakat menjadi lebih singkat, diibaratkan sebagai perhatian seekor ikan emas goldfish yang hanya berlangsung selama sembilan detik. Penelitian menunjukkan bahwa fenomena ini dapat memicu gangguan konsentrasi, kesulitan belajar, risiko penyakit mental, dan peningkatan kecemasan. 


Alasan kedua adalah karena konten di TikTok sering kali membahayakan penggunanya, terutama anak-anak dan remaja. Misalnya, TikTok challenge yang menantang anak-anak untuk meniru tindakan berbahaya, seperti Benadryl Challenge, di mana remaja ditantang untuk mengonsumsi dosis besar obat antialergi guna memicu halusinasi. Selanjutnya, terdapat Blackout Challange, di mana pengguna ditantang untuk menahan nafas hingga batas maksimum bahkan hingga pingsan. Selain itu, TikTok juga dituduh memblokir konten yang menampilkan orang dengan penampilan yang dianggap jelek, gemuk, atau miskin, demi menjaga kesan bahwa platform ini adalah tempat indah seperti dalam mimpi. Hal ini jelas dapat berdampak negatif pada kesehatan mental remaja. 


Alasan ketiga adalah kecanduan yang dihasilkan dari penggunaan TikTok. Sebuah perhitungan menunjukkan bahwa jika seseorang mulai menggunakan TikTok sejak usia 16 tahun, maka saat mencapai usia 70 tahun, ia akan menghabiskan waktu selama 6 tahun penuh di platform tersebut. Ini merupakan waktu yang lebih banyak daripada makan dan minum. Menurut Jessica Griffin, menonton TikTok dalam waktu yang lama dapat menyebabkan masalah dalam konsentrasi, perhatian, dan memori jangka pendek.


Terakhir, TikTok diduga berperan sebagai mata-mata digital untuk pemerintah Cina. Fakta bahwa TikTok secara hukum wajib menyerahkan data penggunanya kepada pemerintahan Cina meningkatkan kekhawatiran. Data yang terkumpul dari satu miliar pengguna di 150 negara kemungkinan diolah dan digunakan untuk kepentingan militer dan propaganda Cina. Meskipun belum ada bukti konkret bahwa data pengguna TikTok benar-benar dikirimkan ke pemerintah Cina, namun hal ini menimbulkan kekhawatiran di berbagai negara.

LihatTutupKomentar