Kebaikan-kebaikan Mas Ratman

Tidak biasanya. Kemarin, sebagian Yogyakarta diguyur hujan. Terutama wilayah Yogya Barat dan Selatan. Saya sempat merasakannya ketika menuju LTC UMY untuk tes ‘TOEFL’. Sore sepulang kerja, sekitar jam 17.00 mendung kembali pekat. Di beberapa bagian turun rintik hujan. Karena anak-anak sendirian di rumah, saya bergegas pulang tanpa sempat membuka HP, untuk mengecek pesan yang masuk.


Mas Ratman ketika di Makkah

Selepas magrib istri belum pulang. Saya maklum karena melihat jadwal kegiatan di Kraton Ngayogyakarta yang diikuti beberapa hari ini memang baru selesai 17.30 WIB. Tetiba Azizah dan adiknya yang sedang asyik melihat HP mengabari ada telepon dari ibu. Dari seberang terdengar suara istri agak tersendat, suara yang lebih terdengar seperti isak tangis. “Mas Ratman meninggal…”


Innalillah…


Mas Ratman, orang baik yang saya kenal. Ramah, supel, sederhana. Orang tidak akan menyangka di balik tampilan sederhana itu, ia memiliki setidaknya empat tempat usaha di sepanjang Jalan Godean. Banyak kenangan tentang beliau. Mas Ratman adalah teman seangkatan Om saya yang sekarang tinggal di Kulon Progo. Dulu hampir setiap malam mereka bersama beberapa teman sering berkumpul dan ngobrol, bahkan tidak jarang sampai tertidur di tempat yang sama.


Waktu itu saya termasuk paling kecil, sehingga hanya sebagai penyimak obrolan mereka. Sampai kemudian masing-masing punya kesibukan masing-masing.


Banyak kebaikan yang saya kenang dari Mas Ratman. Satu di antaranya, pada tahun 2016 ketika kami sedang berusaha mengusahakan pembelian sebidang tanah untuk kegiatan dakwah. Kami silaturahmi ke rumah beliau, bermaksud berembug mencari solusi bagaimana mengupayakan kebutuhan dana yang tidak sedikit. Di atas Rp2 miliar. Sambil mengobrol ia meminta sang istri untuk mengambilkan sejumlah uang, jumlahnya saya hitung puluhan juta.


Hal serupa banyak ia lakukan di berbagai tempat.


Beberapa waktu lalu, ketika saya mulai membangun Rumah Makan Dapur Sawah, saya bermaksud membeli sebitan (bagian pohon yang di pinggir, sisa dari penggergajian) kayu yang tidak terpakai untuk bagian pagar. Ia pun bersedia menyiapkan. Saya agak heran, bukankah kayu sebitan banyak dan tinggal ambil? Selang beberapa hari ia mengabari kayunya sudah siap.


Kayu dari Mas Ratman


Alangkah terkejutnya ketika saya tahu, yang disiapkan adalah bilah-bilah kayu yang masih bagus. Dan sengaja dibuatkan. Bukan kayu sisa seperti yang saya maksud.


Ketika saya tanya total harganya berapa, jawabnya sudah bisa ditebak. “Di asto mawon mas.”

 

Berbisnis dengan amal shaleh

“Saya membuka rumah makan itu lewat kejadian tidak sengaja mas,” cerita Mas Ratman ketika kami berdua semobil ke Bantul. Suatu ketika ia hendak bersedekah takjil ke suatu tempat. Jumlahnya tidak sedikit. Ia pesan ke sebuah rumah makan padang, ternyata ada kekeliruan pencatatan dalam jadwal order, harusnya jadwalnya esok justru sudah dibuatkan hari ini.


Bagi kebanyakan orang mungkin akan melakukan komplain dan mengembalikan pesanan. Tetapi tidak dengan Mas Ratman, ia terima pesanan yang sudah jadi tersebut kemudian ia sedekahkan. Ia kemudian pesan lagi dengan jumlah yang sama untuk hari berikutnya.


Sang pemilik rumah makan padang pun heran. Kebaikan itulah yang kemudian membuat mereka saling kenal dan akhirnya bekerjasama. Kini setidaknya ada dua rumah makan padang di sepanjang Jalan Godean yang dimiliki Mas Ratman.


Dalam pengelolaannya pun tidak kalah mengherankan. Sulit dinalar dengan ilmu bisnis paling sederhana sekalipun. Sepanjang perjalanan saya mendengarkan ceritanya pun terheran-heran. Tetapi saya tidak bisa menceritakan lebih detil dalam tulisan ini. Bagi Mas Ratman, kuncinya adalah berbuat baik.

 

Banyak kebaikan-kebaikan yang telah Mas Ratman lakukan. Semoga itu menjadi bekal terbaik untuk kembali kepada-Nya. Kami merasa sangat kehilangan, tetapi kami harus berusaha mengikhlaskan. Dan berusaha melanjutkan kebaikan-kebaikan yang telah ia teladankan.

 

“Yang kalian puji kebaikannya, maka wajib baginya surga. Dan yang kalian sebutkan kejelekannya, wajib baginya neraka. Kalian adalah saksi-saksi Allah di muka bumi.” (HR. Bukhari -  Muslim)

 

 

LihatTutupKomentar