Sejenak kita lupakan aneka perbincangan soal pajak. Sejak lama negara memang bergantung pendapatan dari pajak. Silakan cek di google 'berapa persen pendapatan negara dari pajak?'
Dan hasilnya, lebih dari 80% pendapatan negara berasal dari pajak. Kini ketika ramai-ramai rencana pajak sembako dan sebagainya, akan semakin mengokohkan sumber pendapatan negara dari pajak.
Masih ingat ketika Google bekerjasama dengan Western Union (WU), untuk mengambil uang dari Google tidak dikenakan biaya alias gratis. Kini kebijakan berubah, harus transfer via rekening Bank, dengan potongan Rp300 ribu sekali transaksi. Pahit.
---
Saya akan bercerita tentang sebuah daerah yang konon menjadi lumbung pangan. Tanahnya subur, lahan persawahan luas terhampar. Di beberapa bagian terpasang plakat yang isinya kurang lebih "Dilarang mengubah alih fungsi lahan, bla bla bla" Dana para petaninya pun seperti dihipnotis, untuk terus menanam padi meski terkadang merugi.
Pada masa yang berubah nasib para petani tidak beranjak. Kecuali beban yang semakin berat. Di beberapa lokasi air tidak selancar tahun-tahun sebelumnya. Selain saluran irigasi yang tidak mengalami perbaikan desain, munculnya rumah-rumah di pinggir jalan membuat aliran air semakin sulit.
Pada waktu yang sama, ketergantungan terhadap pupuk kimia telah membuat petani terpaksi membeli dengan harga tinggi bagi yang tidak mendapat jatah subsidi. Harganya tiga kali lipt dari pupuk subsidi. Sementara tikus-tikus seperti beranak-pinak dengan leluasa.
Minggir dan Moyudan yang dikenal sebagai lumbung pangan dan penghasil beras berkualitas bagus pun pelan-pelan seperti menuju kematian. Ongkos produksi yang terus naik, tidak sebanding dengan harga jual yang murah.
Kini lazim, di beberapa lokasi sawah-sawah dibiarkan terbengkalai. Sementara generasi millenial hanya sedikit yang mau bertani. Padahal jika dikelola dengan baik dan inovatif sektor pertanian cukup menjanjikan.
Sayang, pertanian telah identik dengan kotor dan miskin.
Barat || 11 Juni 2021