Terdapat sejumlah fakta unik terkait dengan program startup Indonesia. Setidaknya hal tersebut menjadi cerminan jika dunia startup Indonesia terus berkembang secara dinamis. Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu Negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia.
![]() |
Startup di Indonesia (ilustrasi/pixabay.com) |
Startup sendiri merupakan istilah untuk perusahaan yang masih dalam tahap rintisan dan pada tahap pengembangan namun sudah berbasis digital. Terdapat sejumlah istilah untuk menggambarkan perkembangan suatu startup. Anda pasti sudah pernah mendengar istilah unicorn, decacorn dan hectocorn.
Unicorn disematkan kepada
startup yang nilai valuasinya telah berhasil mencapai angka 1 Miliar US Dolar
atau setara dengan Rp14 Triliun. Di Indonesia, Gojek merupakan startup pertama
yang mampu meraih level unicorn.
Sedangkan Decacorn diberikan
kepada Startup yang mampu memiliki valuasi sebesar 10 Miliar US Dollar. Beberapa
startup Indonesia masuk dalam decacorn seperti Gojek, Tokopedia, Ovo, Traveloka
dan Bukalapak. Membanjirnya investasi dari perusahaan-perusahaan asing membuat
nilai valuasi startup Indonesia cepat mengalami pertumbuhan.
Level tertinggi untuk
startup saat ini adalah Hectocorn, atau memiliki valuasi di atas 100 Miliar US
Dollar setara dengan Rp.1.400 triliun. Meski banyak perusahaan dunia bisa
mencapai angka ini tetapi tidak semuanya otomatis mendapatkan sebutan
hectocorn, sebab prinsip startup ialah masih dalam tahap pengembangan. Sedangkan
perusahaan-perusahaan besar dunia umumnya sudah dalam tahap mapan.
Ant Financial (Alipay)
perusahaan fintech besutan Alibaba Group disebut sebagai startup pertama yang
mampu mencapai level hectocorn ini. Sementara perusahaan dari Indonesia belum
ada yang mampu mencapai level tersebut.
Pemerintah Indonesia sendiri,
di antaranya melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi mendorong tumbuhnya
startup. Diharapkan langkah ini akan mendorong Indonesia sebagai Negara yang
memiliki strata ekonomi digital yang bagus di tingkat dunia.
Lima
Fenomena Startup Indonesia
Pertama, startup
mulai muncul sekitar tahun 2010, namun di Indonesia baru mulai popular pada
tahun 2013-2014. Lahirnya Gojek, Bukalapak dan lainnya membuka mata banyak
orang pentingnya startup di tengah dunia yang mengarah ke digital. Meski baru popular
pada tahun 2013-2014, namun disebut-sebut Gojek maupun Bukalapak telah merintis
usaha 2010. Achmad Zaky memulai Bukalapak dari kamar kos-kosan pada 2010.
Demikian juga Nadiem Makarim dan temannya merintis Gojek pada 2010.
Kedua,
digandrungi milenial. Dunia startup di Indonesia umumnya diminati oleh generasi
muda. Banyak di antaranya masih menimba ilmu di perguruan tinggi. Fenomena ini
dapat dipahami karena memang generasi milenial akrab dengan dunia digital serta
didukung penggunaan media sosial.
Ketiga,
banyak startup gagal. Jumlah startup yang terus tumbuh tidak semuanya berhasil.
Bahkan banyak di antaranya gagal. Jika kita mengamati startup yang ada saat ini
cukup beragam mulai dari bidang transportasi, telekomunikasi, keuangan,
kesehatan hingga pertanian. Tetapi tidak sedikit kemudian yang gulung tikar
pada masa awal.
Pengembangan startup yang
tidak memiliki orientasi dan visi yang jelas membuat mereka tutup. Apalagi jika
startup dibangun sekadar untuk meraih kepopuleran dan agar terlihat keren. Mereka
biasanya tidak mampu bertahan lama.
Keempat,
sukses dan diakusisi. Tidak dapat dibantah dalam pengembangan startup
membutuhkan suntikan modal. Padahal umumnya startup dibangun secara personal
atau kelompok orang yang pada mulanya dengan modal terbatas. Persaingan yang
ketat dan mimpi mengembangkan usaha dengan cepat, memaksa para pemilik startup kemudian menerima pinangan dari perusahaan-perusahaan yang sudah mapan.
Termasuk perusahaan dari luar negeri.
Kelima,
membangun anak perusahaan untuk mendukung startup induk. Fenomena ini
sebenarnya tidak hanya di Indonesia melainkan di berbagai Negara. Startup induk
yang sudah sukses kemudian mengembangkan usaha dengan membangun startup yang
mendukung usaha mereka sendiri. Seperti Gojek yang mengembangkan fintech Gopay.
Ataupun marketplace yang membangun fintech bahkan sampai jasa kurir pengiriman
barang.
Berkembangnya startup di
Indonesia seperti pisau bermata dua. Di satu sisi dapat mendorong pertumbuah
ekonomi. Namun pada sisi lain dapat kian mematikan usaha-usaha konvensional. [r]