-->

Perkembangan Keagamaan Anak Remaja dan Dinamikanya

Agama merupakan hal yang menyangkut masalah yang berhubungan dengan kehidupan batin manusia. Agama sebagai bentuk keyakinan  yang bersifat abstrak dan sulit dideskripsikan dan diukur secara  tepat dan rinci, dalam diri manusia memilki kebutuhan yang bersifat universal, kebutuhan ini adalah kodrati, berupa keinginan untuk mencintai dan dicintai Tuhan. 

Perkembangan Keagamaan Anak Remaja dan Dinamikanya


Manusia ingin mengabdikan dirinya pada suatu dzat yang dianggap mempunyai kekuasaan tertinggi dan Maha Mengetahui segalanya, sehingga tumbuh rasa beragama pada seseorang. Rasa beragama merupakan kristal kristal nilai agama (religius conscience) dalam diri terdalam seseorang yang merupakan produk dari internalisasi nilai-nilai agama yang dirancang oleh lingkungannya, yang ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat sekitar, teman sebaya, maupun kondisi keluarga yang sangat berpengaruh pada dirinya.Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang beragama, potensi beragama sudah ada sejak dilahirkan dan ini berkembang dari masa anak sampai usia remaja bahkan sampai usia lanjut seseorang.

Beberapa teori tentang rasa keberagamaan ini antara lain berkaitan dengan diantaranya pada perkembangan jiwa keagamaan pada usia anak dan remaja. Perkembangan agama pada anak-anak, meliputi  tiga tingkatan diantaranya tingkat dongeng terjadi pada usia anak 3-6 tahun pada masa ini konsep Tuhan dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, selanjutnya  tingkat kenyataan ini dimulai sejak masa anak sekolah dasar hingga ke usia remaja pada masa ini konsep Tuhan anak sudah mendasarkan pada kenyataan. Pada tingkat individu anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan usia mereka, konsep keagamaan menjadi tiga hal konsep bersifat konvensional, konsep bersifat personal, konsep humanistik.

Peranan keluarga sangat berkaitan dengan penanaman pada seorang remaja, karena masa remaja merupakan tahap yang progresif, mencakup masa  pubertas pada masa remaja pula mengalami  keraguan rasa agama (religius doubt) dan itu bisa terjadi seseorang mengalami masalah misalnya ketika  mengalami putus cinta, atau masalah lain dalam kehidupan. 

Pada akhirnya dengan rasa keberagamaan yang muncul akan mengembalikan urusan ini pada Tuhan sang pemilik cinta, pemaknaan akan sebuah cinta, cinta itu didapat bukan dari seseorang, cinta itu datang dari Tuhan dan seorang hamba yang senantiasa menjaganya tetap bisa ‘survive’ mengalami segala peristiwa kehidupan yang pahit, asam dan manis, cinta-Nya pula yang membawa kehidupan yang kualami berjalan pelan-pelan mulai membaik. 

Pemahaman keagamaan mulai bertambah lagi saat orang pada tahap kehidupan selanjutnya misalnya pada lingkungan kerja, memiliki rekan kerja yang juga memiliki pengetahuan agama yang lebih dan banyak pengalaman didapatkan tentang kisah para nabi kisah para khalifah, tentang pembiasan sholat dhuha, beribadah haji dan sebagainya. 

Dan masih banyak pengalaman rasa beragama yang didapatkan pada lingkungan teman dan pergaulan di masyarakat akan mengalami masa perkembangan tahap selanjutnya, bahkan tanpa disadari merupakan pengalaman yang terus berkembang.  Peran keluarga menjadi sangat penting dalam perkembangan rasa keagamaan anak, karena dalam keluarga anak pertama kali mendapatkan penanaman nilai dasar-dasar agama. 

Orangtua yang sejak kecil sudah menanamkan dasar-dasar agama akan sangat membantu anak dalam perkembangan rasa agama selanjutnya.

Selain keluarga, lingkungan, teman sebaya, sekolah juga berpengaruh dalam perkembangan rasa agama seseorang. Lingkungan yang baik akan berpengaruh pada perkembangan rasa agama yang baik pula, begitu pula dengan pengaruh teman bermain maupun pengaruh sekolah.Masa remaja merupakan masa dimana sering terjadi keraguan rasa beragama. 

Hal itu dikarenakan masa remaja adalah sebuah masa untuk pencarian jati diri. Pada masa remaja adalah sebuah masa untuk pencarian jati diri. Pada masa remaja, seseorang akan mudah  terpengaruh oleh lingkungan, baik lingkungan bermain maupun lingkungan sekolah. 

Pengaruh yang dikhawatirkan disini adalah pengaruh  yang bersifat negatif yang akan mendoktrin nilai-nilai agama yang sudah didapatkan, sebelumnya, ataupun pengaruh negatif yang dapat menghancurkan cita-cita dan masa depannya. Oleh karena itu adanya kontrol dan bimbingan dari orangtua maupun orang-orang terdekat agar anak tetap berpegang teguh dan berpedoman pada nilai-nilai agama dalam setiap ranah kehidupan.

Rita Tiaswari, Guru, Penulis dan aktivis literasi | Instagram : rita_tiaswari

 

LihatTutupKomentar