-->

Bagimu Sak Karepmu, Sebuah Refleksi di Tengah Pandemi Covid-19

Catatan kecil.
----------

Kali ini, saya minta Anda untuk sesekali mendekati tenaga kesehatan.  Entah saudara, teman, tetangga, atau siapapun.    

Bagimu Sak Karepmu, Sebuah Refleksi di Tengah Pandemi Covid-19
pixabay.com


Selanjutnya, coba tanyakan kepadanya, satu pertanyaan saja : "Bagaimana pendapatnya tentang tagar #IndonesiaTerserah ?".

Saya sudah mencobanya.  

"Ambyaaaar....!". 

Itulah jawaban Mas Sis.   Sebelum pelaksanaan donor darah, Selasa sore kemarin.  Bertempat di dekat Kampung.  Ketika itu,  saya mendekatinya.   Dan menanyakan tentang  apa yang saat ini sedang viral itu.  

Bukan hanya Mas Sis seorang.  Saya juga menanyakan kepada 2 orang nakes yang lain.  Jawabannya sama.  Kompak.  Senada. 

Seorang sosiolog mengatakan bahwa tagar #IndonesiaTerserah merupakan ekspresi spontan dari para nakes terhadap sikap pemerintah dan masyarakat di tengah pandemi ini.  

Ada rasa kecewa, frustasi dan marah.  Yang kemudian mewujud menjadi sebentuk protes atas ketiadaan penghargaan  kerja nakes di tengah pandemi ini.  

Belakangan, ekspresi itu berkembang.  Bukan hanya dari sesama nakes.  Masyarakatpun mendukung.  Dengan menggemakan tagar #Savenakes.

Tentu.  Kita semua tahu dan paham.   Betapa pemerintah sangat memikirkan bagaimana mengatasi pandemi ini.  

Kita sangat paham, 
Ingatan kita masih sangat jernih.  Ketika waktu itu, harga BBM dinaikkan diam-diam.  Di tengah malam.  Alasannya, harga minyak dunia naik membumbung tinggi.  
Kita pun maklum, 

Namun sekarang, ketika harga minyak dunia turun.  Terjun bebas.  Mereka hanya tenang - tenang saja.  Harga BBM tetap saja pongah.   Tak mau turun.   

Kita tak tahu, siapa yang meraup untung dari selisih harga minyak ini. 
Kita pun maklum, 

Atau, ketika MA memutuskan bahwa selisih kenaikan iuran BPJS harus dikembalikan kepada rakyat, menyusul dibatalkannya kenaikan iuran BPJS.  

Boro-boro selisih kenaikan iuran tersebut dikembalikan.   Sekarang,  malah pemerintah kembali menaikkan iuran BPJS.  
Kita pun (masih) maklum.  

Yang kita tahu, 
bahwa kita hanya orang biasa. Sedangkan mereka adalah sang nata dan para punggawa. 

Titah sang nata  dan punggawa  adalah hukum.  Sabda pandhita ratu.  Pangandikane sang nata datan kena wola - wali. 

Kita sudah ikuti titah sang nata.  Stay at home,  physical distanching, cuci tangan, menghindari kerumunan, pakai masker, beribadah di rumah  dan bla bla bla lainnya. 

Namun, yang kemudian nampak adalah pemandangan yang miris. 

Berkerumunnya orang dalam  acara penutupan sebuah gerai makanan dan ramainya orang di terminal keberangkatan sebuah bandara.  

Dan, semua itu dibiarkan.   Alih-alih mengambil tindakan.   Para punggawa  negeri,  justru menggelar konser amal yang kontroversial itu. 

Tatu lawas sing ana njero ati  iki,  durung antuk tamba.  Sak iki malah ditambahi tatu anyar. 

Kau yang mulai,
Kau yang mengakhiri.
Kau yang berjanji, 
Kau (pula) yang mengingkari.

Bagimu, sak karepmu
Bagiku, sak karepku ?
Semakin ambyaaaar !
*

(DS).
LihatTutupKomentar