-->

Wabah Corona, Suara Siapa Didengar, Titah Siapa Dilanggar

Rerasan - Pasien positif Corona di Indonesia telah melampaui angka 1000 orang. CNN Indonesia melansir, sampai dengan Sabtu (28/3/2020) jumlah positif Corona mencapai 1.155 orang. Dengan rincian 102 orang meninggal dan 59 orang sembuh. Agak aneh membaca data ini, sebab pasien yang meninggal hampir dua kali lipat dari pasien yang berhasil sembuh.


https://twitter.com/CyberSkuad

Pada awal bulan Maret, dalam sebuah acara bertaraf nasional yang diikuti ratusan peserta seorang pemateri dari institusi kesehatan meyakinkan kami tingkat kematian akibat virus corona lebih rendah ketimbang flu burung dan semacamnya. Corona 'hanya' 3-4% berpotensi mengakibatkan kematian. Artinya, kesempatan untuk sembuh lebih besar. Namun membaca data di Indonesia saat ini, seketika menghapus keyakinan tersebut.

Lonjakan pasien positif juga terbilang meningkat cukup cepat. Kasus pertama di Indonesia ditengarai muncul di Depok, ketika dua orang yang berinteraksi dalam acara dansa dengan warga Jepang mengaku sakit dan setelah diperiksa positif Corona. Dalam rentang yang tidak terlalu panjang, kini jumlahnya mencapai angka di atas 1000 orang. Jumlah ini berpotensi tambah karena masih banyak Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang hasilnya uji laboratoriumnya masih belum keluar.

Suara Siapa yang Didengar?

Presiden Ghana, Akufo Addo mengeluarkan statement tegas setelah 137 warganya positif Corona. Baginya nyawa manusia lebih berharga ketimbang urusan ekonomi. 


"We know how to bring the economy back to life. What we do not know is how to bring people back to life."
Kami tahu bagaimana menghidupkan kembali ekonomi, yang kami tidak tahu bagaimana menghidupkan kembali orang mati.

Ia pun mengimbau agar warganya tetap di rumah. Baginya nyawa adalah prioritas ketimbang hitung-hitungan ekonomi.

Awal pekan ini Juru Bicara Pemerintah RI untuk urusan Corona, Achmad Yurianto mengeluarkan pernyataan kontroversial.

"Kemudian yang kaya melindungi yang miskin agar bisa hidup dengan wajar, dan yang miskin melindungi yang kaya agar tidak menularkan penyakitnya. Ini menjadi kerjasama yang penting," ungkap Yuri seperti ramai di reupload para netizen.

Lalu suara siapa yang didengar? Pemerintah pusat konon tidak akan melakukan lockdown. Tidak heran jikan ribuan warga yang dilarang mudik justru pulang kampung, jumlahnya ribuan. Gunungkidul, sebagaimana ditulis Kedaulatan Rakyat, kedatangan 2000 pemudik. Sementara Sri Sultan mengimbau para pemudik untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.

Tentu ini sebatas imbauan karena tidak ada sanksi tegas yang diterapkan.

Sementara sebagian wilayah melakukan lockdown, misalnya Kota Tegal. Mereka menutup perbatasan wilayahnya untuk membatasi gerak warga yang masuk maupun ke luar dari Kota Tegal.

Sedangkan sebagian warga di Sleman telah melakukan lockdown mandiri untuk kampung-kampung mereka sendiri.

Perang Poster dan Surat Edaran

Di media sosial dan media komunikasi whatsapp perang poster dan surat edara terus bermunculan. Setiap institusi seolah berlomba mengeluarkan surat edaran dan poster masing-masing. 

Masyararkat mungkin sampai bingung surat edaran mana yang akan ditaati. Dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten, hingga kalurahan. Belum lagi poster dengan aneka rupa dan warna.

Padahal masyarakat butuh langkah tegas dari para pengambil kebijakan, agar wabah Corona ini benar-benar berhenti. Lockdown dengan jaminan ketersediaan pangan bagi masyarakat dan penyediaan APD untuk tenaga medis. Bukankah sudah ada pemindahan alokasi dari APBN? Bukankah pemerintah juga sudah membuka donasi penanggulangan Covid-19?

Imbauan, poster dan surat edaran memang baik. Tetapi tidak menjadi solusi tepat ketika sebagian masyarakat belum terbiasa patuh. [r]


LihatTutupKomentar