Zaman terus berubah. Pun dalam hal industri. Bahkan digadang kini
telah memasuki era revolusi industri 4.0. Meski demikian, di sudut barat
Kabupaten Sleman masih bertahan puluhan penghasil parut kelapa tradisional.
Meski otomatisasi peralatan terus berjalan, bahkan santan instan mudah
didapatkan di swalayan.
Industri Parut Pojok, Bertahan di Tengah Gempuran Zaman Sumber: mediacenter.slemankab.go.id |
Tepatnya di Dusun Pojok Sedangagung Minggir Sleman, para penghasil
parut yang didominasi ibu-ibu terus bertahan dari gerusan zaman. Menurut Kepala
Dusun (Kadus) Y. Budiono sebagaimana dilansir mediacenter.slemankab.go.id industri
parut telah ada secara turun temurun. Saat ini terdapat sekitar 60 pengrajin
parut di Dusun Pojok.
Rata-rata dalam sehari satu orang menghasilkan 10 parut bila hanya
fokus membuat parut. Tetapi sebagian pengrajin membuat parut hanya untuk
sampingan atau mengisi waktu luang. Harga satu parut sekitar Rp5000.
Baca juga : Sejarah Revolusi Industri 1.0 sampai 4.0
Untuk membuat parut kelapa dibutuhkan bahan berupa kayu dari pohon
melinjo yang dipotong seperti papan sesuasi ukuran dan dihaluskan dengan pasah.
Kemudian ditancapi dengan kawat dengan jarak dan urutan tertentu. Untuk
menancapkannya diperlukan tang atau sering disebut Jumput, kemudian palu kecil
untuk memukul potongan kawat.
Meski hasil keuntungannya tidak terlalu besar. Namun para pengrajin
tetap bertahan karena belum memiliki alternatif pekerjaan lain yang bisa
disambi. Dan terbukti meskipun keuntungan sedikit tetap bisa membantu pemasukan
keluarga. [KM/03]