-->

Gempa Yogyakarta 2006, 57 Detik yang Mematikan, Konon Gempa 1867 Lebih Dahsyat

Gempa Bumi berkekuatan 5,9 skala richter mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya pada 27 Mei 2006. Gempa berdurasi sekitar 57 detik tersebut telah meluluh-lantakkan wilayah Kabupaten Bantul dan sekitarnya.

gempa yogya 2006
twitter @isnandarahma

Menurut data dari Badan Koordinasi Nasional, gempa yang terjadi pada pukul 05.59 WIB tersebut berpusat di wilayah Potrobayan Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul pada koordinat 7,962 derajat Lintang Selatan dan 110,458 derajat bujur timur.


Jumlah korban yang meninggal tercatat 4.674 orang, korban ringan/berat 19.897 orang, dan jumlah bangunan rusak diperkirakan 150 ribu bangunan.

Gempa Yogya 1967

Gempa 2006 bukan merupakan gempa besar pertama yang mengguncang Yogyakarta. Menurut laporan http://geomagz.geologi.esdm.go.id/ gempa serupa pernah terjadi pada abad ke-19 tepatnya pada 1867, mengutp laporan Dr. S.W. Visser (1922) serta berita dari Koran De Locomotief merinci gempa yang terjadi pada 10 Juni 1867 merupakan gempa terbesar sejak abad 17. Gempa terjadi pada pukul 4.25 WIB.

Diperkirakan kekuatan gempa mencapai 6,9 magnitudo. Sumber gempat berada di dekat aliran Sungai Opak yang merupakan tempat Patahan Opak. Wilayah yang mengalami kerusakan mirip dengan Gempa Yogyakarta 2006.

Sedangkan jumlah korban gempa waktu itu diperkirakan sekitar 500 orang, terbanyak berada di Pasar Gede (Sargede) Kota Gedhe. Selain korban jiwa, sejumlah bangunan juga rusak di antaranya Candi Prambanan. Gempa juga menyebabkan terjadinya rekahan tanah yang ada di sebagian wilayah Bantul sampai dengan Klaten. Sebagian bahkan mengeluarkan semburan pasir dari dalam tanah atau lebih dikenal dengan proses likuifaksi.

Apa yang harus dilakukan saat gempa bumi?

Berikut penjelasan dari Kemendikbud bersumber dari bmkg.go.id

  • Jika berada dalam bangunan, lindungan kepala dan badan dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di bawah meja, atau benda lain yang kuat, cari tempat yang paling aman dan apabila masih memungkinkan lari keluar ruangan sambil lindungi kepala dengan tas/bantal atau benda lain.
  • Apabila berada di pegunungan, hindari tebing atau tanah yang rawan longsor. Cari tempat yang lapang dan rata, jauh dari pepohonan.
  • Apabila berada di pantai, segera menjauh dari bibir pantai, cari tempat yang aman untuk menghindari terjadinya tsunami.
  • Jika sedang berada di tempat terbuka hindari bangunan atau benda yang rawan roboh seperti gedung, tiang listrik, tower telekomunikasi, pohon dan lain-lain. Waspadai juga jika terjadi rekahan tanah. 
BPBD DIY Petakan 301 Desa Rawan Bencana di DIY baca di sini

Apa Beda Skala Richter dan Magnitudo?

Sejak tahun 2008, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) lebih memilih menggunakan magnitude ketimbang Skala Richter (SR). Keduanya merupakan skala untuk mengukur kekuatan gempa, namun skala magnitudo dianggap lebih valid karena memperhatikan beberapa variable lain seperti luas rekahan, kekakuan bebatuan yang berada di pusat gempa, panjang slip dan lainnya. [KM/03]

LihatTutupKomentar